Benteng Tolukko dan Cerita Sultan Ternate Melawan Penjajahan Portugis

benteng-tolukko-ternate-1.jpg

Benteng Tolukko dan Cerita Sultan Ternate Melawan Penjajahan Portugis – Waktu tema Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Agustus 2024 terpilih Sejarah Indonesia dengan sisi yang berbeda, tentu saya agak bingung dan blank mau nulis apa. 

Sangat mudah untuk menonton film biopik atau sejarah dan membahasnya. Namun sebelum saya menyerah ke zona nyaman saya itu, saya jadi teringat kala saya mengunjungi tempat bersejarah. Yang paling personal tentunya tanah asal saya, Ternate.

Mengunjungi Ternate benar-benar momen berkesan. Dan salah satu tempat bersejarah yang sampai sekarang saya masih ingat dan berkesan adalah Benteng Tolukko.

Di luar dugaan, kisah adanya benteng ini menarik sekali. Dan bagai menarik benang di kain rajut, menelusuri kisahnya membuat saya penasaran dan ter-wow-wow. Ada gelombang informasi sejarah besar yang menarik diikuti.

Kenapa menarik? Karena menyangkut tanah asal, kesultanan dan penyebaran Islam di Maluku. 

Tentang Benteng Tolukko

Benteng Tolukko dokumentasi tahun 1920

Benteng yang awalnya dinamakan Santo Lucas tersebut dibangun untuk keperluan rempah-rempah oleh pihak Portugis di tahun 1521. Kala itu bangsa Portugis cukup berkuasa dan sudah ada di Maluku selama 10 tahun. Mereka mendatangi Maluku untuk keperluan perdagangan rempah yaitu cengkeh. Namun ternyata Portugis punya niat untuk menguasai Maluku. 

Portugis membangun Benteng itu di masa kekuasaan Sultan Bayanullah, yang menyukai Portugis dan bahkan mengajak mereka jadi penasihat kerajaan. Juga memberikan hak-hak istimewa dalam perdagangan. “Kesukaan” ini kemungkinan karena pihak Portugis yang kebetulan datang ke Maluku dianggap terpandang kala itu.

Portugis yang ingin memonopoli Maluku ini memanfaatkan persaingan saudara di Kesultanan dengan mengadu domba mereka. Kalau saya tidak salah hitung, sebanyak 3 penerus Sultan yang ‘disingkirkan’ Portugis karena menunjukkan penolakan dan ada percekcokan.

Benteng Tolukko memiliki letak strategis dekat laut untuk tujuan pengintaian baik ke istana kesultanan maupun jika ada kapal musuh yang hendak datang. Tahun 1577, rakyat Ternate dipimpin Sultan Babullah menaklukkan benteng Santo Lucas ini sebelum akhirnya diambil oleh Belanda.

Benteng yang juga dinamakan Benteng Hollandia ini memiliki jalan ‘rahasia’ menuju pantai yang digunakan untuk melarikan diri atau hal-hal lain yang tidak diinginkan. Tapi jalur itu ditutup tahun 1996 karena alasan keamanan. Melihat foto-fotonya sih sepertinya restorasi Benteng Tolukko cukup total dan jadi terlihat baru.

Benteng Tolukko tahun 2010 – dokumentasi pribadi

Saya mengunjungi Benteng Tolukko tahun 2010 diajak Ibu saya. Benteng tersebut menjulang tinggi dan kokoh, meskipun sudah berdiri sejak tahun 1521. Dengan batu abu kehitaman, bentuknya yang unik juga tegas. Kontras sekali dengan pemandangan cantik langit dan laut Ternate sebagai background-nya.

Jujur sih melihat anak tangga dan semen di benteng jadi membuat saya agak sangsi orisinalitas bangunan itu. Mungkin standar saya akan bangunan bersejarah cukup rendah dibanding penilaian yang berwenang? Mungkin juga pembaruan ini dimaksudkan agar pengunjung lebih mudah melihat-lihat ke seluruh area.

Melihat perbedaan foto Benteng Tolukko tahun 1920 dan 2010 terlihat jelas ya bebatuan dibangun lebih padat. Batu-batu yang hancur di dinding kemungkinan hancur karena usia dan terkena dampak perang di periodenya. 

Penjajahan Portugis dan Kesultanan Ternate yang Kuat Memegang Teguh Islam

Ternyata Benteng Tolukko menjadi saksi sejarah dimana bangsa Portugis ingin menguasai Ternate. Padahal bangsa-bangsa lain pernah mendatangi Maluku tapi tidak sampai membuat benteng. Yang lebih seru lagi sih bukan hanya dari masalah monopoli perdagangan dan penjajahan, tapi juga dari sisi perebutan penganutan agama Islam dan Kristen. 

Saya jadi menelusuri kapan Islam masuk ke Ternate. Dikatakan masa dulu sebelum Islam masuk, peradaban di masyarakat kurang. Sehingga ketika kesultanan menganut Islam, pola hidup masyarakat ikut diubah menjadi tertata. 

  • sumber : buku Jelajah Ternate - dinas pariwisata Ternate
  • sumber : leaflet - dinas pariwisata Ternate

Menurut Buku Kepulauan Rempah-Rempah, Datu Maula Husein dikatakan sebagai pembawa Islam ke Ternate. Ia suka melantunkan ayat Al Qur-an dengan merdu sehingga menarik pribumi Ternate. Karena banyaknya minat untuk mengaji, banyak pula yang masuk ke agama Islam.

Karena kemampuannya menulis Kaligrafi pula, Datu diajak ke istana kesultanan dan berdakwah. Sehingga akhirnya Sultan Ternate di masa itu, Kolano Marhum memeluk agama Islam. Kesultanan Ternate pun memeluk agama Islam hingga Portugis mendatangi Ternate.

Pengaruh Portugis meluas hingga mempengaruhi keluarga kesultanan yang berpindah agama Kristen. Hingga sebuah desa dikatakan telah menganut agama tersebut. Dapat dimaklumi ketika ada pihak yang ingin menghalangi usaha mereka maka terjadi permusuhan.

Karena beberapa penerus Sultan menunjukkan penolakan akan Portugis, mereka diasingkan. Nah akhirnya Sultan Khairun Jamil naik tahta padahal usianya masih belia. Rakyat menginginkan ayahnya Sultan Tabarij untuk masih menduduki tahta, tapi sang Ayah diasingkan ke Pulau Goa, India.

Kagum dengan Sultan Khairun Jamil

Banyak membaca mengenai sejarah kesultanan di masa itu membuat saya terkagum akan Sultan Khairun Jamil. Lahir ketika Ternate mengalami pergolakan akan penjajahan Portugis, ia dikatakan adalah pemimpin yang bijak, arif dan toleran.

Begitu ia naik tahta, ia merubah banyak perjanjian sehingga kewenangan Portugis berkurang di kesultanan dan perdagangan. Sikapnya ini dianggap Portugis sebagai “fanatik Islam”. 

Karena terpojok, Portugis mengajak Sultan Khairun berunding. Karena sikapnya yang toleran, ia setuju meski orang-orang di belakangnya memiliki ‘firasat buruk’. Sultan Khairun dibunuh, dikuliti dan disaksikan oleh masyarakat setempat. Ya Allah, kejamnya penjajah ke tanah yang bukan milik mereka dan Sultan yang memang menaungi tanah itu. 

Usai Sultan Khairun datang tanpa pengawal ketika datang untuk perundingan lalu dibunuh, Portugis menyangka bahwa mereka sudah memenangkan ‘battle’. Tapi ternyata kejadian ini malah membuat rakyat membenci Portugis. 

Penerus Sultan Khairun, Sultan Babullah meneruskan perjuangan ayahnya. 5 tahun kemudian dengan melalui peperangan, akhirnya Portugis meninggalkan Ternate. Usai Portugis pergi dari tanah Maluku, kekuasaan Sultan dan penyebaran Islam mengalami kejayaan sebelum Belanda datang.

Penutup

Maluku tak cuma terkenal karena rempahnya, tapi dikenal juga sebagai negeri seribu benteng. Kayanya tanah Ternate dengan rempah sehingga pihak asing datang dan ingin menguasai.

Usai menuliskan dan riset soal benteng Tolukko dan kisah di baliknya, saya jadi penasaran dan ingin membaca lebih banyak mengenai Kesultanan Ternate. Makin lama saya menelusuri mengenai kesultanan Ternate, makin menemukan banyak hal yang membuka mata saya. Juga jadi belajar lebih banyak mengenai Islam di Indonesia.

Baca juga tulisan saya mengenai daya tarik rempah yang membuat bangsa Portugis sampai segitunya mau menguasai Ternate. Riset lanjutan tulisan ini.

Terima kasih Andra sudah membuat saya menelusuri sejarah kampung halaman saya. Makin cinta sama tanah asal sendiri. Bagaimana menurutmu mengenai sejarah Portugis menjajah Ternate?

This Post Has One Comment

  1. Ririn

    Wah ternyata banyak juga cerita tentang kerjaan Ternate ya. Dari rentetan nama raja-raja disini, yang aku ingat hanya Sultan Baabullah, raja yang memegang kekuasaan saat Kerajaan Ternate paling berjaya. Ditunggu lanjutan ceritanya teh

Leave a Reply