Merenungi Ayat Qur’an : 4 Ayat Perintah Shalat – Ketika anak saya sudah memasuki umur 7 tahun, salah satu aktivitas wajib yang ingin saya ‘kampanyekan’ ke anak adalah shalat. Saya berpikir di umur ini anak saya sudah harus dan wajib banget untuk melaksanakan shalat. Namun karena pola pikir saya yang fixed ini membuat cara saya mengajak anak shalat jadi sedikit lebih keras dari yang seharusnya.
Setelah saya menganalisa ulang dan merenung, juga mendengar dan menyerap berbagai pendapat dan referensi, cara ini mungkin bisa membuat anak melaksanakannya secara fisik. Namun secara nurani dan niat, belum tentu dia benar-benar mengerti dan menyerap kenapa shalat itu penting dan wajib dilaksanakan.
Bisa jadi dia lakukan shalat karena merasa harus patuh kepada orangtuanya atau semata-mata karena ‘wajib’. Saya ngeri dia akan menurut bertahun-tahun melaksanakan shalat, namun ketika orangtuanya tidak hadir di sekitarnya maka dia akan meninggalkan shalat.
Nah selagi saya berusaha bersabar dan berusaha kembali mengkampanyekan shalat perlahan, saya ingin di seri Merenungi Ayat Qur’an kali ini untuk lebih menyerap mengenai perintah shalat. Sebenarnya ada 10 ayat mengenai shalat dari Al Qur’an, namun saya memilih 4 ayat ini saja karena lebih mengena ke diri saya.
Ini dia ke empat ayat perintah shalat tersebut:
Surat Al Baqarah Ayat 45
وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَۙ
Artinya: “Dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Dan (sholat) itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk,” (QS. Al Baqarah: 45)
Memang sih ketika si kecil berumur 5-6 tahun, saya dan suami sudah mulai sounding ke dia bahwa shalat itu wajib. Ketika umurnya 7 tahun, dia sudah harus wajib melaksanakan shalat 5 waktu.
Ke lima waktu ini bisa jadi terasa berat untuk si kecil yang baru mengerti shalat. Belum lagi dari periode waktunya yang jika telat, bisa masuk ke waktu shalat lainnya. Saya merasakan bahwa si kecil malas melaksanakannya. Shalat subuh terutama, karena dilaksanakan begitu awal hari.
Suatu waktu saya menerangkan padanya tentang peristiwa Isra Mi’raj. Dan ia pun tahu bahwa aslinya, shalat bisa dilaksanakan sebanyak 50 waktu jika tidak diminta dikurangi oleh Rasulullah. Ia pun merasa shalat 5 waktu sudah lebih ringan setelah mengetahui ini. Tapi tetap ya, keesokan harinya ia tetap merasakan malas itu.
Jangankan anak 7 tahun. Orang dewasa bisa merasa berat dengan kewajiban shalat 5 waktu ini. Buat apa? Haruskah kita menyempatkan setidaknya 25 menit sehari demi shalat?
Namun sebenarnya, shalat itu demi manusianya sendiri. Dan begitu tepat sasaran ayat ini. Jika tidaklah khusyuk, makna shalat itu akan berkurang dan bahkan tidak begitu bernilai. Cuma serangkaian gerakan demi ‘kewajiban’.
Sedangkan kalimat “…mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat…” Ya sudah tentu. Mungkin kalau tidak dijeda aktivitas kita 5 kali sehari dengan shalat, kita bisa jadi lebih tidak sabar dan lebih emosi? Dengan berdoa sejenak diantara aktivitas, kita bisa memberikan waktu ke diri untuk menenangkan diri dan meminta pertolongan-Nya, selain juga sudah tentu mengingat-Nya. Dan jika tidak dilakukan khusyuk, waktu untuk terhubung dengan-Nya ini akan terlewat begitu saja.
Surat Az Zariyat Ayat 56
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Az Zariyat: 56)
Melalui ayat ini bisa dilihat bahwa manusia (dan jin) memang diciptakan untuk menyembah dan mengabdi pada-Nya. Dan salah satu caranya adalah dengan shalat wajib.
Jika kita ingin jadi dan merasa sebagai orang yang beriman, bukankah sudah seharusnya melaksanakan yang wajib?
Kecenderungan manusia untuk mudah terdistraksi oleh dunia, kesibukan dan kesenangan lain membuat lupa tujuannya hadir di dunia. Maka itu penting umat tidak meninggalkan baca Al Qur’an demi mengingat esensi dirinya di kehidupan.
Surat Al Bayyinah Ayat 5
وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ
Artinya: “Padahal mereka hanya diperintah menyembah Allah dengan ikhlas menaati-Nya semata-mata karena (menjalankan) agama, dan juga agar melaksanakan sholat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus (benar).” (QS. Al Bayyinah: 5)
Membaca terjemahan ayat ini, rasanya saya jadi mengingat kembali kebiasaan kita niat menjalankan shalat yang kurang lurus. Dalam artian shalat yang dilakukan bisa saja cuma demi menjalankan kewajiban/to-do-list harian, agar dianggap shaleh, agar tidak dimarahi orangtua/pasangan, dan lainnya. Hal-hal demikian yang kadang kejadian karena lupa, tak sadar atau punya tujuan duniawi yang melenakan.
Walaupun masih baru belajar Islam atau sudah fasih dan banyak ilmu, bisa saja secara tak sadar niat ini menjadi bergeser ke yang lain selain demi ikhlas menyembah-Nya. Jika dalam fase tak sadar ini, kadang kita bingung mengapa hati gelisah atau keinginan tak tercapai? Ternyata berasal dari niat shalat yang kurang lurus.
Sayapun masih suka bergeser tanpa sadar niatnya, menjalankan shalat hanya demi ‘melunasi kewajiban’ tapi jadi kurang khusyuk menjalankannya. Semoga jadi reminder dengan membaca ayat ini lagi.
Surat Al Hajj Ayat 78
فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلَاكُمْ ۖ فَنِعْمَ الْمَوْلَىٰ وَنِعْمَ النَّصِيرُ
Artinya: “….maka dirikanlah sholat tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.” (QS. Al Hajj: 78)
Dengan menjalankan shalat dan menunaikan zakat jadi tiang agama dan menancapkan pondasi iman. Alhamdulillah, ada shalat 5 waktu sehingga setiap 5 waktu kita diberi jeda untuk refleksi diri dan ada waktu terkoneksi pada-Nya.
Seperti juga kajian Ustadz Adi Hidayat yang saya simak di sosmed (sayangnya saya ngga catat linknya) salah satu alasan melakukan shalat adalah untuk terkoneksi pada-Nya. Dan karena Dia Maha Pencipta, jika kita dekat dengan-Nya maka apapun yang kita sampaikan pada-Nya (doa, curhat masalah) maka dia akan mendengar-Nya dan memberikan petunjuk insya Allah.
Seringkali sesederhana menghamparkan sajadah dan shalat menjadi solusi saya ketika merasa buntu ketika menghadapi masalah yang saya anggap pelik. Karena sudah bingung kemana lagi harus berpaling. Sesederhana shalat, sujud dan menangis pada-Nya bisa meringankan beban dan mengurai kemumetan di kepala. Maka sebenarnya juga sesederhana itu solusi kita ketika galau dan stres. Tinggal berpaling kepada-Nya melalui shalat. Karena Dialah sebaik-baiknya Pelindung dan Penolong.
Penutup
Dalam menjelaskan ke anak apa pentingnya shalat, saya jelaskan bahwa agar disayang dan dilindungi Maha Pencipta. Namun jalan masih panjang, ternyata membuat anak tergerak shaladt memang butuh waktu dan tidak bisa instan. Saya juga baru-baru ini membaca buku yang berhubungan dengan topik ini. Kita sebagai orangtua memang harus konsisten mencontohkan dan mengajak anak.
Itulah sedikit refleksi dari 4 ayat mengenai perintah shalat. Sekali lagi tulisan ini bukan berarti saya lebih baik atau lebih berilmu, malah sebaliknya justru sebagai pengukuh atau penguat iman insya Allah. Terima kasih sudah membaca 🙂
Referensi : https://www.detik.com/hikmah/khazanah/d-6451529/10-dalil-perintah-sholat-dalam-al-quran
