Pelajaran Parenting Selama 6 Tahun

pelajaran parenting 6 tahun.jpg

Saya merasa tema Tantangan Mamah Gajah Ngeblog bulan Juni ini berat. Namun inilah tema yang dipilih sebagian besar Mamah member. Meskipun saya beberapa kali membahas homeschooling di blog ini, sebenarnya mendeklarasi bahwa blog ini khusus parenting saya nggak berani. Bahkan di blog lama, saya mengubah haluan dari niche parenting ke yang lainnya karena merasa ilmu parenting saya masih cetek.

Si kecil baru saja berumur 6 tahun. Takjub rasanya saya sudah jadi orangtua selama 6 tahun. Rasanya dulu saya nggak PD menjadi Ibu. Sebagai anak paling terakhir dan sempat nggak bisa interaksi dengan anak kecil, ini luar biasa. Namun yang memberi kepercayaan adalah Yang Maha Kuasa. Hingga anak saya 6 tahun, Alhamdulillah terkendali (hihihi).

Daripada saya menjabarkan metode parenting yang saya idolakan, ataupun yang sedang saya terapkan (padahal tidak ada persis satu atau metode parenting yang saya praktekkan), lebih baik saya menuliskan pelajaran parenting yang saya dapat selama 6 tahun. Lebih aman karena saya sudah menjalaninya dan insya Allah nggak bikin saya besar kepala.

Ini dia pelajaran parenting yang saya dapat selama 6 tahun:

Pelajaran Parenting Selama 6 Tahun

1. Children See, Children Do

Ini merupakan nasihat yang sudah banyak diketahui orang, namun kadang terlupa. Anak akan meniru apa yang kita perbuat dan bukan yang kita ucapkan. Maka parents, jadilah teladan yang kita ucapkan. Betul, sayapun masih berjuang.

2. Mood Ibu Berpengaruh

Meskipun kerjaan Ibu begitu-begitu aja dan ‘di rumah aja’, Ibu adalah manajer di rumah. Mood-nya akan merambat ke seluruh hawa di bawah atap tempat tinggal. Ketika anak rewel, cek deh apa mood kita sendiri juga jelek. Kalau anak susah tidur, jangan-jangan kita juga sedang gelisah. Kala Ibu sedih dan akhirnya marah-marah, bisa banget kena ke anak dan membuatnya sedih.

Mengelola emosi terus memang tidak mungkin. Tapi selalu ingat, bentakan kita ke anak akan merusak sel syaraf otaknya. Bisa jadi anak membangkang dan melawan, bisa jadi pendiam. Ucapkan istighfar jika marah dan sedih, mengadu kepada-Nya saja daripada melampiaskannya ke pihak lain.

3. Bacakan Murrotal Jika Anak Rewel Atau Susah Tidur

Believe it or not, ada saja ‘oknum’ yang mengganggu anak happy atau biar Ibu marah-marah frustasi. Maka bacakan doa atau murrotal ke anak kalau ia rewel ngga jelas atau susah tidur. Tapi kitapun harus ikut mendengarkan. Karena kalau cuma sekedar setel, jadinya salah fungsi.

4. Berkomunikasi Tegas dan Sederhana Pada Balita

Ada kalanya lelah menghampiri dan kita memarahi atau menasehati anak dengan…nada whining. Metode seperti ini tidak efektif. Always be firm! Jangan galak, tapi tegas.

Saat menasehati atau menjelaskan anak balita, pakai bahasa sederhana dan singkat. Otherwise, otak mereka belum bisa menangkap kata-kata yang terlalu panjang dan rumit.

5. Bacakan Anak Buku Sejak Awal Sekali

Satu hal yang tak pernah saya sesali adalah mengenalkan anak pada buku sejak awal sekali. Saya kenalkan buku ke anak sejak umur 1 tahun. Kosa katanya bertambah dan value ceritanya akan membantu anak teredukasi. Plus kita yang membacakan dapat efek rileks. Lagipula, aktivitas membacakan buku ke anak merupakan aktivitas bonding orangtua dan anak.

6. Let Them Express and Play

Suatu ketika saya membelikan anak pensil warna. Namun ketika baru dibelikan, anak belum menyadari atau ingin menggunakannya. Lalu saya ‘menjejalinya’ dengan pensil warna. Iapun merasa terganggu. Disini rasanya ada yang salah. Padahal, harusnya anak bebas berkreasi dan bersenang-senang. Saya harusnya tahu banget ini, karena saya memang minat melakukan kesenian.

Sayapun menyisihkan pensil warna itu. Di lain hari, anak baru mau mencobanya dan senang menggunakannya. Begitu juga dengan membacakan buku. Biarkan bila anak belum tertarik atau belum mau baca. Semua ada pacing-nya sendiri.

7. Negotiate!

Anak meski masih berusia setahun atau 2 tahun sudah pintar. Mereka tahu jika menangis bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan. Ketika sudah bisa berkomunikasi minimal 4 patah kata, kita bisa bernegosiasi dengan mereka akan aktivitas yang harus dilakukan. Jangan dituruti langsung, namun negosiasi. Bersepakat bersama, agar semua mendapatkan tujuannya.

8. Hadir Bersama Anak Ketika Di Dekatnya

Hadirlah bersama anak jika ia sedang di dekat kita. Benar-benar memperhatikan ucapannya. Memang sulit dilakukan terus-menerus. Usahakan jika kita sedang bersamanya, kita benar-benar hadir disitu. Termasuk dengan bermain dengannya.

Mengurus anak seharian memang tidak mudah, tapi waktu mereka bersama kita cuma sebentar. Pikirkan timbal baliknya jika kita sudah menua. Akhirnya kelak anak yang akan mengurus kita. Dia akan meniru kelakuan kita akhirnya.

9. Ajarkan Anak Nilai Islami, Doa dan Surat Pendek

Memandu anak dengan agama yang saya anut terbukti positif sekali. Bagaimanapun saya dan suami ingin anak menjadi manusia yang beriman. Menghafal surat-surat dan doa memang mulia dan bagus, namun yang lebih penting mengamalkannya dan juga paham alasan melakukannya. Saya tidak mau anak cuma on paper hapal surat dan doa tapi kelakuan nol.

Mengajarkan anak nilai islami bukan cuma berguna dalam sehari-hari, mengajarkannya sendiri berarti kita dapat pahala jariyah (pahala terus-menerus) tiap kali anak menerapkan. Mengajarkan anak hal ini membuat sayapun sekalian memperdalam agama, masya Allah.

10. Jawab Keingintahuan Anak

Dunia adalah hal baru untuk anak, tentu ia punya banyak pertanyaan. Anak saya termasuk anak yang selalu bertanya. Awalnya saya kewalahan dan ingin dengan mudah mengacuhkan terutama jika sedang lelah.

Tapi saya sadar bahwa keingintahuannya adalah fitrah dan ‘bensin’ agar mau terus belajar. Saya dan suami selalu berusaha jawab pertanyaan anak tentang apa saja, walau tentu saja pengetahuan saya terbatas.

11. Selalu Ingat Anak Adalah Titipan-Nya

Banyak parents merasa dia ‘memiliki anak’ sehingga boleh mengatur semaunya. Namun saya dan suami belajar bahwa orangtua itu dititipi anak oleh-Nya, jadi anak bukan properti pribadi melainkan milik-Nya.

Orangtua harus selalu sadar diri bahwa kita memang bertanggung jawab pada anak tapi bukan berarti kita boleh memaksakan kemauan kita pada anak. Jika suatu saat anak telah dewasa dan memilih pilihan hidup yang bukan kita mau, selama itu arahnya positif, kita harus tetap support.

12. Berlaku Adil

Adil disini berarti, jika orangtua salah harus juga minta maaf pada anak (dan sertakan minta maafnya kenapa). This is really important agar anak merasa dimanusiakan, tidak melulu dituntut minta maaf jika salah.

Kitapun harus memberikan hak-hak anak; hak hidup layak, hak belajar, hak bermain dan hak lainnya. Ketika telah berjanji sesuatu, selalu tunaikan janji itu. Jika dia salah, katakan salahnya dan koreksi.

13. Screen Time Boleh Namun Awasi dan Sesuai Kadarnya

Saya mengaku bahwa saya bukan orangtua yang clean dalam membatasi screen time anak. Tapi sejujurnya memang gadget sudah masuk ke keseharian sehingga untuk benar-benar memblokir itu tidak mungkin. Dalam penerapannya, saya kadang belepotan. Tapi saya berusaha awasi dan menyeimbangkannya dengan kegiatan lain.

Ketika si kecil batita saya batasi nonton TV maksimal 1 jam dan memilihkan tontonan yang gerakannya sederhana dan isinya edukatif. Bahkan suatu ketika saya pasang timer. Kini memang lebih menantang membatasi anak, beda dengan generasi 90an dimana semua masih sederhana.

Untuk benar-benar menyatakan screen time itu jelek, saya rasa 50:50 karena anak sayapun belajar banyak dari tayangan edukatif. Jadi menurut saya boleh tapi tetap awasi dan berikan sesuai kadarnya.

Penutup

Begitulah setitik pelajaran parenting selama 6 tahun yang saya dapat. Kemungkinan ada yang terlewat namun kalau ada lanjutannya, insya Allah ada seri ke dua tulisan ini. Tentunya rangkuman ini bukan apa-apa dibandingkan mereka yang sudah jadi orangtua lebih lama dari saya.

Harapannya semoga orangtua atau calon ortu terbantu dengan tulisan ini, walau kalau sudah sering baca tulisan parenting kayanya tulisan saya “B” aja. Makasih sudah membaca. Semangat selalu!

This Post Has 8 Comments

  1. Sri Nurilla

    Geleng-geleng kepala saya membaca 13 pelajaran parenting ala Mamah Andina. Tidak ada satupun yang (menurut saya) salah. Semuanya betul dan setuju sekali.

    Ini akan menjadi tips utama dalam ber-parenting saya 12 tahun yang lalu. Insha Allah bermanfaat buat para rookie parents niy. 🙂

    Ya, menurut saya, para orangtua baru wajib banget membaca tulisan Andina yang ini. 🙂

  2. teh Andina … keren banget bisa buat list sebanyak ini.
    Poin 3 dan 5 sepakat deh … semoga anaknya kelak bisa mudah juga untuk menghafal Al-Qur’an aamiin … Nah … Baca buku sejak dini memang pengaruh banget teh … aku pernah nulis juga artikel judulnya “Melahirkan 3 Kutu Buku.” Cerita 3 anakku yang hobi baca.

    salam semangat

  3. Alfi

    Lebih lamanya pengalaman menjadi ortu belum tentu berarti lebih bisa menangkap poin2 parenting lho!… (nunjuk diri sendiri 😁)
    Dan poin2 teh Andina ini bisa jadi panduan dan pengingat bagi semua orang tua… 🤗😘

  4. Risna

    Aku juga nggak biasa loh interaksi dengan anak kecil, dari dulu kalau orang suka ngegendong anak orang yang kecil2, aku malah mengelak hahaha. Sampai sekrang juga biasa aja kalau liat anak orang lain, tapi emang ya dengan anak sendiri pasti beda.

    Poin-poin dari mbak Andina ini kurang lebih sudah merangkum kebanyakan buku parenting. Memang tidak ada teori parenting yang cocok untuk semura orang, parenting itu kembali ke style keluarga masing-masing.

    Makasih udah berbagi poin-poinnya mbak, aku tuh juga tipe ortu yg ngasih screentime di jaman ortu lain against screentime, hehehe…

  5. Yustika

    Wah terima kasih poin-poinnya. Aku udah jadi ortu selama 14 tahun tapi harus selalu diingatkan terus. Memang perjalanan jadi ortu itu perjalanan seumur hidup.

Leave a Reply