Alhamdulillah, kali ini saya mau sharing mengenai buku dr. Aisah Dahlan yang berjudul “Maukah Jadi Orangtua Bahagia?” yang baru-baru ini saya baca. Tulisan ini merupakan tulisan yang didasarkan dari sharing saya di Whatsapp group Islamic Home Based Education #13 tanggal 18 November 2022 lalu. Beberapa detil saya sesuaikan dengan format blogpost.
Sebelumnya saya mau mengaku dulu bahwa saya bukan fans berat dr.Aisah Dahlan. Saya cuma salah satu pendengar dan penonton video-video kajiannya. Saya suka kajian dr.Aisah Dahlan karena sangat related dengan sehari-hari, meng-adem-kan hati dan insightful dari segi islami dan kehidupan rumah tangga. Juga sering disambungkan dengan neuro-science (Ilmu saraf), ilmu yang dipelajari Bu Isah. Melalui banyak ceramahnya saya jadi belajar banyak sebagai istri dan Ibu Rumah Tangga.
Nah ketika bukunya dirilis, saya termasuk salah satu yang ingin baca namun ragu dengan harganya. Alhamdulillah, ada yang jual dengan harga miring di grup Ibu-ibu kampus sehingga saya auto beli.
Kenapa saya mau beli? Karena saya merasa cocok dengan ceramah yang diberikan dr.Aisah Dahlan. Saya pun ingin menjadi orangtua yang bahagia dalam mengasuh anak.
Tentang/Isi Buku “Maukah Jadi Orangtua Bahagia?”
Sebanyak 34 bab dalam buku ini secara garis besar membahas tips parenting yang mudah dipahami dan diterapkan, secara Islami, lembut dan berkarakter kasih sayang. Ada banyak yang juga sudah diterangkan dalam kajian-kajian dr.Aisah Dahlan. Sehingga buku ini terasa seperti kajian yang dibukukan.
Bahasannya dari peran orang tua hingga tips anak hingga remaja. Di setiap bab ada kutipan yang menjadi highlight bahasan. Beberapa bab dilengkapi juga dengan ayat-ayat yang mendukung.
Ulasan
Karena ada banyak bahasan yang telah saya dengar dalam kajiannya, maka tak banyak hal yang baru di buku ini. Tapi bukan berarti tips-tipsnya tidak valid. Justru saya seperti diingatkan kembali nasihat-nasihat yang pernah saya dengar.
Contohnya, karena anak saya laki-laki saya ingat Bu Isah pernah mengatakan bahwa untuk menasehati anak lelaki sebaiknya saat mereka makan. Nasihat akan lebih mudah didengarkannya.
Juga dalam menyuruh anak, jangan hanya dalam lisan saja tapi juga didukung visual. Sehingga anak tak hanya mendengar tapi juga melihat. Saat mengajak anak shalat misalnya, jangan hanya menyuruh tapi kenakan juga mukena dan hamparkan sajadah. Mengajak juga berulang-ulang, “Ayo shalat!” “Ayo shalat!” “Ayo shalat!”
Juga peraturan marah pada anak cukup 1 menit saja. 30 detik marah dan 30 detiknya sambil mengingat kebaikan anak/melembut. Agar tak berlama-lama marah pada anak.
Kelebihan
Tak terasa 34 bab selesai dibaca. Kebanyakan bab juga tidak lebih dari 3 halaman. Cocok untuk Ibu-ibu yang tidak bisa berlama-lama membaca bahasan yang panjang.
Gaya bahasa tulisan juga sama dengan bahasa dalam kajiannya. Seolah sedang membaca kajiannya dan mendengarnya berbicara. Sangat mudah dipahami dan dicerna untuk segala kalangan.
Beberapa tips saya anggap sangat penting karena membantu saya menjadi orangtua yang lebih baik insya Allah.
Kekurangan
Karena sangat mudah dipahami dan gaya bahasa yang ringan seperti sedang mendengarkan dialognya, sehingga terasa kurang mendalam. Dalam tiap bab juga minim subjudul sehingga tidak selalu ada kerangka/pengerucutan bahasan (yang lebih memudahkan saya untuk fokus 🙏)
Tips/Bahasan Favorit
Beberapa tips yang saya rasa penting dari buku ini diantaranya:
- Mengucap istighfar agar berlapang dada/ridha dalam setiap kejadian dan membuang kecemasan agar tak cemas berlarut-larut
- Mengenali level emosi sehingga mengerti frekuensi mengucap istighfar. Contohnya ketika marah lebih dekat dengan semangatnya sehingga mengucap istighfar tidak lebih banyak dari sedih. Jika sedih harus lebih banyak beristighfar.
- Meniatkan hati tidak hanya dari niat tapi juga diucapkan. Seperti “Bismillahirrahmanirrahim Ya Allah, saya Ibu shalehah” karena ketika diucapkan akan jalan ke sistem saraf
- Berdoa meminta rahmat-Nya dalam lembut kepada anak. Karena bersikap lembut bukan bawaan lahir. Namun harus diminta. Jika sudah mendapatkan sikap lembut berarti sudah mendapatkan rahmat-Nya.
- Kuatnya ‘sinyal’ Ibu terpancar 3 kali dibanding Ayah dan lainnya. Jika ibu semangat maka anak kena sinyal semangat 3 kali lebih kuat.
- Dan beberapa lainnya yang cukup banyak disebutkan
Kesimpulan
Buku “Maukah Jadi Orangtua Bahagia” layak dikoleksi untuk orangtua yang ingin menerapkan parenting Islami dengan sederhana namun tepat sasaran, dengan unsur neuro-science. Tanpa mengatur dan mendikte anak, hingga dari pondasinya, sampai penerapannya.
Tanya Jawab Dalam Sesi Sharing
Tingkatan level emosi ini maksudnya apa ya Bun? (R)
Jadi Ibu Aisah Dahlan membuat tabel level emosi ini agar memudahkan pemahaman tentang emosi. Level emosi ini dimodifikasi dari yang telah dipelajarinya dari penulis buku Kuantum Ikhlas. Jadi setiap jenis emosi terdeteksi frekuensinya dengan alat EEG (Elektro Encephalograph) dan ketika dipetakan membentuk level emosi.
Masyaallah, saya juga suka sekali kajiannya Bu Aisyah. Sempet lihat beberapa kali iklan bukunya, tapi belum berkesempatan beli bukunya. Terimakasih review-nya teh. Saya juga belum terlalu paham teh. Apa pengaruhnya frekuensi ini dengan kehidupan sehari-hari teh? (DA)
Iya teh. Kalau yang saya tangkap, frekuensi ini akan berpengaruh ke sistem saraf kita dan orang sekitar kita. Misalnya kita cemas, kalau tidak lekas diakui (mengaku dalam doa pada-Nya) dan dilepaskan (juga dalam doa dalam bentuk harapan “semoga…”) akan masuk ke saraf dan ‘sinyal’ keluar sehingga bisa benar-benar kejadian 🙏Sinyal ibu sendiri kuat, bisa 3x kekuatannya ke anak2 dan keluarga.
Penutup
Itu dia sesi sharing ulasan Buku Maukah Jadi Orangtua Bahagia. Semoga bermanfaat ya. Terima kasih sudah dibaca 🙂
Pingback: Hikmah Menonton Serial ‘Dear My Friends’ (2017) - tulisandin