Dear Abang, Dari Mama

cerita-cinta-dear-abang.jpg

Dear Abang,

Ini Mama lagi coba tulis surat buat dirimu 15 tahun ke depan. Jadi kira-kira umurmu sudah 20 tahun. Insya Allah jika kita berdua masih hidup atau dirimu masih ada di dunia ini, surat ini akan membuatmu lebih mengerti tentang cerita Mama, Abu dan dirimu. 

Abang, dulu Mama nggak percaya diri jadi Ibu. Dulu Mama ini si anak bungsu yang suka bingung sama ngadepin anak kecil, kok bisa jadi Ibu? Bahkan kakak Mama dulu ragu-ragu mau menitipkan anak ke Mama, lebih pilih kakak Mama yang lain. 

Tapi itulah rahasia Allah. Allah pasangkan Mama dengan Abu, si abang yang punya 5 orang adik. Si kakak lelaki yang dituakan dan diandalkan. Suami yang sabar memiliki istri yang benar-benar ‘hijau’ jadi Ibu. 

Abang, waktu kamu baru ada di perut, Mama setengah percaya bisa punya anak. Jelang dua tahun Mama belum hamil, sampai almarhum Kakek mu memberikan nasihat biar cepat hamil. 

Begitu Kakekmu dipanggil oleh-Nya, Mama berpikir ingin punya anak biar Kakek happy. Masya Allah, ternyata pikiran seperdetik itu didengar kilat oleh-Nya, kira-kira sebulan Kakek meninggal Mama hamil. 

Mungkin karena Mama nggak ada pikiran lagi hamil, sampai Allah ‘atur’ 3 orang asing berbeda bertanya ke Mama dalam waktu yang berdekatan, “Ibu lagi hamil, nggak?” 

Yang pertama, Mamang Ojol yang khawatir karena motornya mau lewat jalan berbatu-batu. Yang kedua, Mbak-mbak apoteker yang menyarankan obat sakit gigi ke Mama. Yang ketiga… lho Mama lupa. Sampai akhirnya Mama jadi tergerak beli test pack. Dan ternyata… garis di test pack-nya ada dua. 

Ketika baru tahu ini, beberapa hari ketika Mama bangun, Mama sadar ada kamu di perut. Mama membatin, “Ya ampun aku lagi hamil!” Lalu bingung sendiri, kemudian berusaha ngga mikir macam-macam. Karena sadar Ibu hamil kalau stres bisa berpengaruh ke janin.

Stres kenapa sih? Karena nggak tahu apa-apa. Stres karena ngeri berbuat ceroboh dan salah. Alhamdulillah Mama hidup di era dimana informasi ada dimana-mana. Mama juga jauh dari Eyang, yang biasanya khatam soal kandungan. Tapi terus Mama tenang kalau ingat kisah Maryam, Ibu Nabi Isa a.s. Jadi tenang karena mengingat bisa bersandar pada-Nya.

Alhamdulillah tapi Nak, Mama memang kena preeclampsia tapi kamu lahir sehat-sehat. Abumu memang berkata, “Pokoknya harus lahir normal!” Dalam hati Mama membatin, “Lho kok ya jadi ngatur? Kalau ngga normal bagaimana?” Hmmm, tapi keadaannya kemudian antara hidup dan mati karena kondisi darah tinggi. Mama bisa kejang dan kehilangan kamu. Harusnya juga Mama nggak berpikir begitu.

Cuma kita bertiga malam itu, ketika kamu keluar dari perut Mama. Dari dua jadi bertiga. Dari cuma Mama dan Abu, jadi ada kamu. Dan keluarga kita pun ada. Seakan ngga perlu dunia luar lagi. Kita buat ‘geng’ sendiri, yang saling terhubung satu sama lain. Nggak ada yang sebahasa persis. Just the three of us. Dan kamu selalu diterima di ‘geng’ ini.

Abu berusaha keras Nak biar kamu segera dipelukan Mama, ketika baru lahir. Karena kondisi darah Mama, akhirnya kita harus dijauhi sejenak sampai darah Mama dicek normal. Abu kesal karena kamu nggak seruangan sama Mama waktu itu. Nggak sampai 3 hari sudah seruangan lagi dan ‘terhubung’ lagi.

Dari situpun Abumu terlihat beda, Nak. Jadi kebapakan, jadi terlihat lembut. Mama itu lho jadi kesengsem sama versi Abu-mu yang kebapakan ini. Mungkin Abu terlihat cuek, tapi diam-diam berusaha biar kamu sehat terus.

Mama? Ya jelas beda. Semua sudah nggak sama sejak kamu ada. Apalagi kamu ngga pernah bisa jauh dari Mama. Iya, si Mama yang ngga fasih sama anak kecil. Biar ada saudara yang expert banget pegang bayi, kamu tetap aja ngga betah. Maunya sama Mama aja. Masya Allah.

Kalau ngga ada kamu, keadaan mungkin berbeda, Nak. Kamu itu life changer. You’re half of me. Dan half of your father. Speaking of your father, mungkin kamu ingin tahu bagaimana kita bisa menikah. Ini sedikit ceritanya…

Cerita Rollercoaster Menikah

Nak, cerita orang sebelum menikah itu berbagai rupa. Ada yang mulus bagai jalan tol. Ada yang riweh kayak pasar. Ada yang kayak permainan roller coaster, contohnya seperti kisah Mama dan Abu.

Apa kamu pernah nonton film Serendipity? Tentang dua orang yang hendak menikah, tapi malah ketemu jodoh dan bimbang. Ya, Mama dan Abu juga waktu bertemu sudah mau menikah dengan orang lain. Kalau kamu pikir ini seru, kenyataannya tidak sama sekali. Atau ini dari yang Mama rasakan.

Ada kalanya saking pusingnya Mama mual karena kebingungan harus bagaimana. As you know, Mama tipe yang ngga enakan. Ngga mau bikin kecewa orang. Ngga mau bikin sedih orang. Tapi di sikon seperti ini, Mama ngga mungkin ngga ngecewain siapa-siapa. The only fair and right thing to do adalah bersikap jujur, bukan cuma buat orang lain ngga kecewa.

Sahabat Mama bilang, “Lebih baik kamu putuskan sekarang, daripada terlanjur menikah dan punya anak.” Menikah adalah ibadah seumur hidup, you better choose wisely siapa yang jadi pasanganmu.

Iya Abang, di momen seperti ini harus bisa mengambil resiko. Harus berani. Harus terima dengan konsekuensi. Harus juga berserah diri pada-Nya. Tidak ada yang tahu soal jodoh Nak, kecuali Yang Maha Kuasa. Makanya, tanyalah pada-Nya di shalat. Jangan bergantung pada manusia saja.

Ya jujur, akhirnya Abumu yang dipilih. Kalau Abumu baca ini, pasti dia bilang, “Ya iyalah.” Sambil pasang kacamata hitam (errr, ini bayangan Mama aja). Karena Abu-mu itu gayanya gitu deh, antara cool dan macam villain (tokoh jahat dalam film), hihihi.

Karena begitu bertemu, seperti sudah kenal lama. Bahkan kita punya sepasang sepatu yang mirip banget. Cuma beda bahan dan ukuran aja. Di lain waktu, sebelum berpikir mau dekat Mama malah mikir orang ini seperti Mama cuma dia cowok aja.

Abu-mu juga bisa-bisanya mengajak, “Be my wife.” Padahal dekat juga baru hitungan minggu! Respon andalan Mama cuma senyum-senyum aja.

Eyang-Kakek sama Nenek-Engkong dulu gimana dengar kita batal nikah sama calon yang lain? Tentu pusing. Tentu khawatir. Tapi akhirnya toh kita berdua yang jalanin. Pernah dengar kata-kata, “Tak ada orang yang sekeras kepala orang yang jatuh cinta.”? Susah mendengar nasihat orang lain. Cuma bisa ikuti kata hati. Begitulah kira-kira Abu dan Mama dulu.

Tak ada pula yang tahu masa depan, kecuali dijalani. Mama dan Abu pun mengerti bahwa keragu-raguan orang lain cuma bisa pudar dengan pembuktian. 

Abu-mu memang one of a kind. Seperti kamu deh. Setelah bertemu, hidup Mama udah nggak sama lagi. Namun salah juga kalau bilang, pernikahan berjalan tanpa ‘badai’. Lagi-lagi Nak, yang menguatkan adalah kehadiran-Nya. Mama cuma bisa pesan, selalu libatkan diri-Nya pada setiap keputusan. Karena Dia yang beri ujian, Dia pula yang punya jawaban.

Kini, Mama harap di usiamu, kamu bisa melihat bahwa Mama dan Abu sayang padamu. Bagaimanapun kondisinya. Mama harap kamu bertemu wanita yang selalu ingatkan kamu pada kebaikan dan ada di jalur-Nya.

Maafin Mama dan Abu jika ada salah. Di balik semua, sayangnya ke kamu itu besar dan luas seperti galaksi (untuk kamu yang sempat suka sekali dengan alam semesta). Segala yang Mama dan Abu putuskan untuk kamu agar biar kamu bahagia dan hidup sesuai anjuran-Nya. 

Mama buat surat ini untuk Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan Agustus. Itu lho, komunitas blogging yang sempat Mama urus. Ngomong-ngomong, Mama ngga heran kalau mungkin kamu juga sudah punya blog. Nanti tulis balasan surat ini ya.

We love you so much.

Be well dan stay close to Him. 

Mama

Update: Tulisan ini memenangkan penghargaan

badge artikel paling enak dibaca

This Post Has 8 Comments

  1. May

    Andina, sweet banget, kerasa banget curahan cintanya deh.
    Semoga suatu saat Abang baca ya, dan bisa merasakan bahwa Mama dan Abu sayang banget sama Abang.

    Sehat-sehat ya Andina dan keluarga

  2. Diah

    Kisah cinta mama ke abang, tak terbilang tentunya. Tak ada yang mengalahkan cinta mama ke anaknya. Tapi pengen tahu dong roller coaster-nya kisah cinta mama sama Abu. Ayo, di-eksplore lagi…

  3. Alfi

    Manis sekaliii… 😍

  4. Arresty

    Seneng banget pasti Abang dapat surat istimewa dari Mama. Semoga cinta Mama selalu menjadi kekuatan Abang ya 😍

  5. Sri+Nurilla

    Suatu saat ketika Abang membaca surat ini, pasti rasa cinta dan hormatnya kepada Mama dan Abu makin besar. Berbahagialah Abang, memiliki kedua orangtua yang mencurahkan cinta padamu seluas galaksi….
    ***
    Kisah cinta antara Mamah Andina dan Pak Suami termasuk unik dan penuh lika-liku ya, sama-sama sudah akan mau menikah, tetapi karena memang bukan jodohnya, ya tidak klik. Ehehe.
    Jodoh memang misteri dan pemberianNya. Happy grow old together, Mamah Andina dan Pak Suami. 🙂

  6. dewi laily purnamasari

    so sweet teh Andina suratnya duuhhh … pastinya Abang bahagia membacanya nanti.
    aku malah penasaran sama misteri batal nikahnya ini teh ha3 … ayo dibuat dong tulisannya …

  7. Aitiy

    Manis sekali teh suratnya.. Kebayang nnti kalau abang sudah besar dan baca ini, psti terharu sekali :’)

  8. DIP

    Waaaah ya kisah sebelum hamilnya, masa melahirkan, sampai flash back ketemu suami semuanya bener-bener penuh lika-liku tapi happy ending. beneran kayak di film teh *heart*
    Sehat-sehat ya, Mama, Abu dan Abang… bikin geng yang asyik sampai selamanya…

Leave a Reply