Ramadan dan Lebaran telah lewat, menyisakan saya dan keinginan makan makanan lebaran yang serba lezat. Sebenarnya penerapan pola makan saya di bulan Ramadan termasuk sukses, tapi sayangnya karena keinginan menyantap makanan ini-itu, badan kembali nggak enak rasanya. Saya kembali diingatkan bahwa meski lezat, makanan berlemak membuat tubuh terasa ‘berat’.
Alhamdulillah di antara kepadatan jadwal di sekitar lebaran, saya sempat nonton 2 film bertema Islami, namun sebenarnya salah satunya lebih ke hubungan suami dan istri. Saya sengaja memilih 2 film ini karena awalnya memang minat dan tidak ingin menengok film yang tidak selaras dengan momen ini.
Kali ini saya mau ulas film The Wedding Agreement.
Review The Wedding Agreement Film
Sebenarnya saya lebih dulu mengetahui ada The Wedding Agreement series dan berminat nonton. Tapi saya menunda menonton karena merasa kurang sreg. Suatu ketika dekat lebaran, suami malah mulai nonton versi filmnya dan saya pun nimbrung.
Film The Wedding Agreement menceritakan tentang hubungan Bian (Refal Hady) dan Tari (Indah Permatasari) yang telah menikah. Paska akad nikah, Bian menyerahkan surat perjanjian kepada Tari bahwa pernikahan mereka hanya akan berjalan setahun. Bian mengaku ia telah memiliki kekasih dan menikahi Tari hanya karena dijodohkan.
Kaget dan harus menelan pil pahit, Tari terpaksa menjalani kesepakatan itu namun tetap berharap bisa memiliki hubungan selayaknya suami dan istri bersama Bian. Namun Bian bersikap dingin dan tegas akan keinginannya.
Karena ingin menjaga image sebagai suami-istri yang harmonis, mereka kerap harus terlihat berhubungan baik dan mesra. Terlebih di depan orangtua Bian dan Bude (Ria Irawan)-Pade (Mathias Muchus) Tari yang sudah dianggap bak orangtua sendiri. Mereka mau tidak mau jadi semakin mengenal latar belakang masing-masing, diiringi rasa cemburu pada yang lainnya. Tari cemburu pada Sarah, kekasih Bian dan Bian ternyata cemburu juga pada Aldi, sepupu Bian yang naksir Tari.
Meski Tari makan hati melihat perlakuan Bian padanya, mau nggak mau sumringah ketika di kondisi dapat melayaninya. Misalnya saat Bian sakit dan minta disuapi makan. Meski hubungan mereka setting-an, ketika Tari membandel dan melakukan sesuatu yang dilarang Bian, akhirnya kegiatan Tari itu gagal dilaksanakan. Itulah dalam Islam ketika istri tetap melakukan hal yang dilarang suami, maka biasanya kegiatan tersebut banyak kesusahan.
Banyak ‘gesekan-gesekan’ dalam rumah tangga setting-an Bian dan Tari. Ada kalanya perasaan Tari naik ketika hubungan mereka terasa membaik dan manis, namun di waktu lain emosinya down ketika diingatkan masih ada wanita lain di hidup Bian. Akhirnya? Ya, wanita butuh ketegasan :))
The Wedding Agreement (2019) Review
Salah satu yang buat saya enggan nonton serinya adalah saya nggak kepingin ‘digeret-geret’ dalam twist yang direntangkan selama beberapa episode. Karena hal ini berpotensi seperti sinetron Indonesia kebanyakan; konflik sederhana yang dapat selesai singkat dipanjangkan agar muat dalam rangka waktu yang diharuskan. Mungkin ini cuma prasangka yang saya dapat waktu nonton reel-nya tempo hari.
Overall, saya merasa elemen-elemen dalam film Wedding Agreement terasa pas. Tidak terlalu dramatis, tidak terlalu lebay, tidak ke-bucin-an banget. Tari masih memegang teguh harga dirinya walau diperlakukan tidak adil.
Indah Permatasari bisa memerankan istri idaman yang salehah; kalem, manis dan adem keberadaannya. Akting Refal Hady juga pas sebagai bad boy/villain campur leading man. Karakternya juga tidak sebegitunya nge-bully Tari. Karena biasanya cerita film WA ini mirip banyak premis sinetron yang kebanyakan menindas wanita/istri. Chemistry keduanya pas dan believable sebagai pasangan muda yang baru menikah.
Keberadaan karakter lucu Ria Ricis sebagai sahabat Tari dapat membuat film jadi lebih fresh. Juga kehadiran Aldi yang terang-terangan menunjukkan perasaan suka pada Tari, bikin emosi Bian naik. Tentunya ada akting aktor-aktor kawakan seperti Mathias Muchus, Ria Irawan, Bucek Depp dan bahkan si Bibik Pembantu, Yati Surachman sangat memberi support kekuatan cerita.
Mungkin sudah ketebak dari ulasan saya bagaimana jalannya cerita film WA ini. Ini film yang cocok untuk ditonton pasangan muslim yang sudah menikah, mungkin yang akan menikah juga biar ada gambaran kehidupan setelah menikah. Yang membuat saya tertarik menonton terus walau ketebak adalah akting pemain-pemain utamanya, lapisan dan naik-turun emosinya. Oh ya, menarik juga melihat background kota Jakarta masa kini (mungkin karena saya juga lagi kangen Jakarta).
Nah kalaupun ada kritik, saya mau kasih masukan bagian klimaks terasa sangat standar seperti banyak dalam film-film romantis. Tentu kalau jarang nonton film romance, ngga masalah. Buat saya, it was so cliche dari setting dan plot. Tapi itulah karena saya rooting pada karakternya, saya jabanin nonton terus dan ikut terbawa perasaan.
Semoga lebih banyak tontonan berkualitas macam film Wedding Agreement. Tontonan yang bisa edukasi penonton bahwa pernikahan sejatinya adalah mencari pendamping hidup hingga akhirat, bukan terbatas pada rasa saja.
Pertama tahu Wedding Agreement ini dari serial cerbung yang dibagikan di WAG, yang ditunggu-tunggu setiap harinya. Seperti biasa, membaca selalu lebih mengasyikkan dan mengaduk-aduk perasaan tinimbang nonton. Tapi mungkin boleh juga kali ya nonton di rumah…
Iya mungkin ada yang beda dari serinya dan filmnya, Mbak
Udah nonton filmnya juga, dan saya juga suka ceritanya nih. Btw ini sekarang dijadikan serial kah? *Kudet deh hihihih
Adaa mbak, malah lagi naik nih. Banyak yang nonton serinya 🙂
sepertinya menarik juga ini