Review Serial Gadis Kretek (2023) – Saya sudah beberapa kali melihat sampul dari sebuah buku novel berjudul Gadis Kretek dan ngga begitu tahu banyak mengenai buku ini. Ternyata Mbak Dian Sastrowardoyo membintangi serial pendek di Netflix yang diadaptasi dari novel ini. Ia berperan menjadi Dasiyah atau Jeng Yah, karakter wanita utama. Saya memutuskan menonton karena kepo dan viral juga (seperti waktu tergerak nonton Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso). Kebetulan juga baru rilis di bulan November 2023.
Oh ya katanya Ratih Kumala yang menulis novel ini memang background keluarganya memiliki usaha kretek, jadi pantas kental ceritanya mengenai kretek. Yuk mari baca bahasan saya mengenai serial pendek Gadis Kretek (2023).
Sinopsis Gadis Kretek (2023)
Kisah serial Gadis Kretek sebenarnya adalah kisah cinta yang berlatar usaha kretek. Dasiyah atau Jeng Yah adalah anak sulung perempuan Idroes, pemilik usaha Kretek yang sudah terkenal. Jeng Yah memiliki keinginan menciptakan saus untuk rokok buatan Ayahnya. Tapi ruang saus dilarang dimasuki perempuan.
Kisah ini flashback ke depan dimana Lebas (Arya Saloka) diminta Kakeknya untuk mencari perempuan bernama Jeng Yah. Mendatangi museum kretek di Kota M, mempertemukan Lebas dengan Arum (Putri Marino) seorang dokter yang mengaku keponakan dari Jeng Yah. Keduanya menelusuri cerita Jeng Yah dan Raja melalui jurnal dan surat-surat lama bersama.
Suatu saat Raja, pegawai baru yang jadi mandor Bapak Jeng Yah memberikan kunci ruang saus pada Jeng Yah. Raja juga menaruh hati pada Jeng Yah. Meski Jeng Yah terlihat dingin, tapi ternyata ia juga menyukai Raja. Sayang Jeng Yah mau dijodohkan pada Seno, anak pengusaha Kretek lain.
Kisah Raja dan Jeng Yah tidak mulus. Hampir mirip kisah Romeo dan Juliet yang dibalut nuansa Jawa dan kecintaan pada kretek.
Ulasan Serial Gadis Kretek (2023)
Melihat penggarapannya, rasanya ngga heran kalau Gadis Kretek akan menyabet banyak penghargaan di antara serial dan film Indonesia tahun ini. Mungkin dari aktris terbaik, aktor terbaik dan lainnya. Saya belum baca novelnya jadi saya ngga punya perbandingan ke filmnya.
Untungnya yang jadi Raja bukan Reza Rahadian, hihihi. Dan aktor-aktor lain dengan serius dipilih karena memiliki perawakan Jawa dan akting yang wajar.
Akting Total Dian Sastrowardoyo Sebagai Dasiyah
Akting Mbak DiSas yang juga jadi cameo di serial Hubungi Agen Gue! ini cukup total. Tapi jujur saya agak pegal melihat mimik serius dan kakunya. Segala gerak-gerik DiSas memang memperlihatkan aktingnya sebagai Jeng Yah. Kabarnya ia mengambil waktu 6 bulan untuk menjadi anti sosial. Rasanya memang kebawa ke aura Jeng Yah.
Ia juga terlihat masih gadis dan ayu (obviously). Tutur katanya sebagai Jeng Yah juga sangat total dan diperhitungkan. Kabarnya dia belajar hidup lebih pelan demi memerankan Jeng Yah. Saya suka juga bagaimana DiSas ‘mengkampanyekan kebaya’. Ayu tenan dan Indonesia banget tentunya.
Saya cuma khawatir banyak orang muda menonton serial ini dan jadi merokok. Karena pemain utamanya punya passion menemukan rasa kretek. Beberapa kali terlihat DiSas menyulut rokok dan juga membuatkan selinting untuk Bapaknya dan Raja.
Kalau dipikir secara logika, kemungkinan paru-paru Jeng Yah ngga kuat ya sampai tua. Karena pastinya dia sudah mencoba rokok sejak usia muda. Mencoba-coba dan merasa. Ya pantaslah….(takut spoiler).
No wonder juga sih Gadis Kretek tayang di Netflix, karena penontonnya biasanya anak muda dan batasan umurnya lebih ke dewasa. Ngga semua juga bisa akses ke tontonan kalau ngga berlangganan.
(17+ Alert!) Oya agak aneh juga sih bahwa Jeng Yah bisa forward ketika berduaan dengan Raja. Soalnya selama serial doi jaim (jaga image) dan ‘dingin banget’. Mungkin karakter tersembunyi si Jeng Yah. Saya juga gak tahu apa ini ada di novel? Agak aneh aja sih karena kurang selaras dengan mannerism yang dijaga ketat banget sepanjang kisah. Lagi-lagi sih ini opini saya saja.
Nuansa Politis Dalam Serial Gadis Kretek
Poin yang agak ngeri menurut saya adalah bagaimana Gadis Kretek memperlihatkan kehadiran Partai Merah di beberapa episodenya. Tentunya memang karena disadur dari cerita novel. Malah di novel katanya ada lebih banyak latar cerita sejarah Indonesia.
Meskipun tidak terlihat sadis atau apa, melainkan cuma terlihat Raja berinteraksi dengan salah satu anggota besarnya dan mengantarkan rokok. Tapi ternyata menjadi dalang kehancuran hubungan Raja dengan Jeng Yah.
It’s a known fact mengenai kekejaman Partai itu. Tapi ada pula ‘kampanye’ yang memperlihatkan bahwa yang justru kejam adalah yang memberantasnya. Dan saya khawatir Gadis Kretek menyelipkan nilai itu. Jika iya, wah.. (isi sendiri).

Perbedaan Era Klasik dan 2000an
Yang juga terlihat jelas di GK adalah perbedaan era. Era Jeng Yah kelas era 1960an. Tapi era cucu-cucu mereka, Lebas dan Arum adalah di tahun 2000an. Selain dari perbedaan set, pakaian dan kendaraan, hal ini terlihat dari ponsel yang dipakai Lebas dan Arum. Ponsel yang dipakai Lebas khususnya, belum beredar di tahun 90an.
Mungkin bisa sih terlihat lebih jelas lagi era 2000an nya. Yang jelas sih kentara banget berbeda gaya Lebas yang anak kota dan perlente dibanding Arum yang sederhana dan berlogat medok. Namun keduanya masih cocok dan punya chemistry.
Secara Keseluruhan…
Apik memang serial Gadis Kretek ini yang disutradarai Ifa Isfansyah dan Kamila Andini ini. Kalau melihat keapikan film ini mengambil latar Jawa di era lama, saya ingat apiknya film Sang Penari (yang juga disutradarai Ifa Isfansyah). Walau memang film Sang Penari membahas ritual tak biasa dari penari Jawa dengan masyarakat sekitar.
Segalanya dari set, pakaian kostum, pemilihan pemain dan aktor-aktor pendukung sangatlah natural juga pas. Kecuali mungkin Ario Bayu (apa benar ada lelaki seganteng dan segagah doi di era itu?) Ya masih masuk sebagai lelaki asal Jawa daripada Reza Rahadian. Namanya juga di film yaa…
Tissa Biani juga pas sebagai adik Jeng Yah, Rukayah (tapi kenapa dia tidak pernah berkebaya seperti Ibunya dan kakak perempuannya?). Arya Saloka juga nih pas banget jadi anak lelaki berduit yang agak nyebelin. Oya aktor dan aktris versi tua dan versi muda juga pas pemilihannya.
Kota M sendiri menurut obrolan di Twitter adalah Muntilan, sebuah kecamatan di Magelang. Kabarnya penulis novelnya memang biasa ke rumah keluarganya di Muntilan. Magelang sendiri berjarak kira-kira 2 jam dari Semarang, tempat yang pernah dikunjungi Travel Blogger Medan ini.
Jujur saya belum wisata ke daerah Jawa Tengah nih. Selama ini cuma dengar cerita jalan-jalan saja dari teman-teman dan keluarga. Menarik juga.
Kesimpulan
Menurut saya Gadis Kretek patut ditonton buat yang menyukai film berlatar Jawa, kisah romantis yang penuh perjuangan, penggemar Dian Sastro, Ario Bayu, Arya Saloka dan Putri Marino. Penyuka serial dan film juga worth to see this. Tapi hati-hati ya takutnya jadi tertular suka merokok, it is still bad for your lung!
Makasih sudah baca artikel di blog ini. Kamu sudah nonton atau baca novelnya? Bagaimana menurutmu mengenai serial Gadis Kretek?
