Dalam keseharian, kesibukan saya relatif sama seperti kebanyakan Ibu-Ibu. Mengurus rumah, anak juga homeschooling dan pasangan. Seperti kebanyakan ibu-ibu juga kalau sedang super sibuk, saya suka tidak memprioritaskan kegiatan menyenangkan diri sendiri. Seringnya waktu itu adanya malam ketika anak sudah tidur.
Di waktu malam itupun yang sudah terbatas, saya meluangkan waktu mengerjakan beberapa kerjaan rumah dan jika ada pekerjaan lepas saya kerjakan, bisa juga ngeblog. Di sisa waktu mungkin saya akan menonton streaming atau main mini games. Namun ada satu aktivitas favorit yang saya sebenarnya suka, tapi suka dilupakan yaitu berkesenian.
Sejujurnya ada banyak aktivitas favorit yang saya suka. Ada ngopi, ber-skincare, nonton film atau serial, deep talk dan sebagainya. Tapi aktivitas yang menurut saya cukup ‘jujur’ mengekspresikan diri dan tidak butuh-butuh amat pengakuan dunia/produk luar adalah berkesenian.
Kenapa Berkesenian
Melakukan hal yang nyeni jadi sedikit penuh tekanan waktu kuliah. Karena ada standar yang harus dikejar. Tapi ketika sudah melewati masa kerja tahun 20an dan kini jelang 40an saya malah jarang menyentuh media seni. Siklusnya saya kembali menantikan melakukan hal yang related dengan seni. Seringnya berkesenian yang saya maksud adalah melukis dan menggambar (termasuk doodling), juga foto.
Sebenarnya nyaris setiap hari saya membuat konten. Entah itu blogging, konten untuk instagram dan media sosial lain, tapi medianya ke digital dan ada kontak dengan dunia luar. Tentu beda ketika medianya hand-drawing karena otentik. Tujuan membuatnya juga beda, karena yang satu untuk audience luar dan lainnya cuma untuk menyenangkan hati. Dulu tahun 90an ketika masih explore software saya pernah suka sekali mengulik digital imaging, beda seperti sekarang.
Pernah juga ada masanya saya suka foto dengan kamera analog mainan (yang menggunakan rol film), tapi ini hobby segmented dan cukup mengeluarkan budget lumayan. Wajar saja dulu saya ‘berani’ ambil hobby ini karena masanya waktu saya masih ngantor dan bisa meluangkan waktu. Dari segi waktu saya juga sudah tidak ada waktu hunting dan menyempatkan cuci-scan rol film (yang lokasinya cuma ada di bilangan Jakarta tertentu). Tentu beda ketika ada banyak perubahan dalam hidup, seperti status dari single menjadi menikah dan punya anak. Maka prioritasnya berbeda (ya ngertilah ibu-ibu ya).
Berkesenian Dengan Anak
Seringnya hal berkesenian yang saya lakukan adalah bersama dengan anak. Ketika bingung mau menyiapkan aktivitas apa ke anak, saya sering berpaling ke cat air. Makanya mungkin anak saya sudah terbiasa memegang kuas di umur 4-5 tahun. Mungkin kegiatan lain yang saya gemar lakukan secara harian untuk dikerjakan anak, adalah membacakan buku.
Di suatu masa saya bahkan membuat konten video melukis bersama anak. Maksud hati ini secara reguler posting kegiatan DIY dengan anak. Tapi itulah, kelelep rencana ini dengan ini dan itu. Ini salah satu contoh videonya (mungkin kalau banyak yang subscribe saya semangat lagi – hihihi):
Salah satu kegiatan berkesenian dengan anak yang saya sukai adalah bookish play, yaitu kegiatan bermain yang terinspirasi cerita dalam buku. Orangtua dan anak bisa berkolaborasi main bersama. Saya baru tahu ada kegiatan bookish play mungkin sekitar 2-3 bulan lalu. Sebenarnya saya suka sekali ide bookish play ini karena kebetulan di rumah juga ada sedikit koleksi buku. Ini contoh bookish play yang saya ajak ke anak, dari buku tentang matahari (anak saya suka dengan dunia planet dan galaksi):
Sementara saya, Ibunya, suka menyelami berkesenian dengan media cat sesekali. Walau maaf ketika kuliah, ada satu mata kuliah yang sebenarnya mirip dengan aktivitas favorit ini. Namanya mata kuliah Gambar Bentuk. Dulu saya cuma dapat nilai B atau kalau dinilai, paling-paling dapat nilai 7. Saya anggap ini sebagai ada ruang untuk menaikkan level atau skill saja. Pliss jangan samakan hasil melukis saya sama yang lain yang sudah expert ya :))
Ada satu lukisan yang saya sampai jadikan profile picture di sosmed karena menurut saya background ceritanya amazing. Saya melukis pohon dengan tinta bak (tinta hitam) ketika saya masih single. Buku dengan lukisan itu tetap saya bawa, bahkan setelah pindah rumah beberapa kali setelah menikah. Suatu ketika anak saya menemukan lukisan itu dan putuskan untuk mewarnainya. Akhirnya jadilah lukisan itu berwarna. Saya merasa takjub dengan bagaimana ini bisa kejadian. Waktu saya lukis, mana saya pernah kepikiran lukisan itu kelak akan ‘diselesaikan’ oleh anak saya.
Pernah juga melukis di media daun. Kenapa melakukan aktivitas ini, karena saya sungguh bingung waktu itu mau beraktivitas apa. Kebetulan di samping rumah suka kejatuhan daun-daun ini. Anakpun suka melukis di daun tersebut. Dan ada beberapa media lain yang digunakan, seperti kardus dan gabus. Si kecil pernah juga saya ajak melukis memakai mainan mobil sebagai kuasnya.
Berkesenian Dengan Foto
Kini saya agak jarang saya foto dengan maksud benar-benar menangkap keindahan tanpa ada orderan. Memang beberapa kali saya memotret foto makanan karena ada kerjasama. Untuk melakukan ini ada sedikit tuntutan dan sederet ketentuan, beda ya kalau melakukannya just for the sake of happy.
Untuk memancing keluar kesenangan hobby foto saya kadang sengaja membawa handphone ketika temani anak ke taman karena biasanya ada objek yang bisa difoto. Bukan foto yang ketulungan bagus, tapi ketika cuaca cerah dan objek menarik saya coba potret.
Kadang kalau lagi mengunjungi tempat menarik dan kebetulan santai, saya coba saja foto. Misalnya waktu anak lagi potong rambut di dekat rumah. Dekor barbershop-nya kemerahan dan kebetulan latar menarik. Saya coba tangkap momennya seperti ini dan melakukan retouch fotonya juga:
Atau hal lain yang bisa saya lakukan adalah mengikuti tantangan foto di akun instagram Upload Kompakan. Namun untuk ikut tantangan harian ini cukup butuh preparation. Hasil foto penyetornya juga sangat bagus-bagus dan banyak dari kalangan profesional. Untuk itu, saya ikutan demi menyalurkan hasrat kesenangan foto dan tidak untuk menang tantangan. Sesungguhnya untuk bisa foto saja itu sudah sebuah kemenangan. Berhasil mengalahkan kemageran dan akhirnya berkarya.
Penutup
Saya happy ada Tantangan Mamah Gajah Ngeblog bulan April ini untuk ingatkan saya melakukan hal yang buat saya senang. Karena dengan seabrek kesibukan, suka lupa untuk menyempatkan diri menyenangkan hati. Thanks buat mamah-mamah yang sudah voting tema ini.
Semoga semua mamah selalu ingat menyenangkan hati demi a happy-self ya.
Berkesenian itu menurutku semacam melepaskan uneg-uneg ya…Medianya pun macam-macam, pokoknya hati senang dan puas. Apalagi bisa kolaborasi bareng anak…
Mamanya yang bikin outline anaknya yang kasih warna, atau sebaliknya…
Lucu banget itu pas putranya dicukur, bisa anteng gitu…
Andinaaa, sudah saya subcribe Youtube-nya ehehe. Semoga makin rajin bikin videonya lagi ya Andina. Pasti banyak Mamahs yang suka, untuk ide berkreasi dengan putra-putrinya. Baguuss pisan. 🙂
Kisah Andina yang kurang enjoy berkesenian saat kuliah karena merupakan kewajiban, sesuai dengan quote Mas Austin Kleon ya. Sekarang saat tidak ada lagi tekanan, malah bisa menikmati pol. 🙂
Banyak juga niy aktivitas favorit Mamah Andina. Ada ber-skincare juga ehehehe. Plus mini games juga. Di sela-sela menjadi ibu, istri, dan sekaligus guru buat si kecil.
Padat jadwal sehari-harinya ya Mah. 🙂
teh Andina anak seni pastinya ada darah seni mengalir ya he3 …
aku suka ngelukis juga dari jaman SD malah pernah kirim lukisan ke Pa Tino Sidin di TVRI dan dipamerkan oleh beliau … gambar dari ___ bagus: waaaahhhh … itu seneng banget rasanya.
Berkesenian memang asyik ya, Teh Andin. Saya sekarang ada klub ekskul kecil yang anggotanya cuma 3 orang anak. Karena mereka bosan belajar daring, seminggu sekali lah kita ketemu dan berkreasi. Selama ini sih sayanya yang semangat dan idealis mau bikin ini atau itu, tapi hasilnya masih belum sesuai ekspektasi. Ah… biarlah dulu. Suatu saat mereka juga yang akan merasakan manfaat dari kegiatan berkesenian mereka.
“suka lupa untuk menyempatkan diri menyenangkan hati”. Yak, bener bangettt!…
Yuk yuk temukan hobi kita!… 🤗
Amaze dengan painting collaboration dengan anak Andina, keren banget ya, tiba-tiba anak mewarnai hasil karya Andina sebelumnya.
Berkesenian kalau jadi tuntutan sekolah atau profesi memang kadang akan jadi beban ya Andina, alhamdulillah kalau sekarang Andina bisa menikmatinya lagi sepenuh hati
Selalu kagum sama orang yang berbakat seni. Kok bisa kepikiran ya begini dan begitu terus jadi karya yang bagus dan menarik. Sempet tertarik juga dengan dunia desain. Pengen nyoba-nyoba bikin sesuatu. Tapi penyakit kurang tekun ini banyak menghalangi kemajuan diri deh. Heuheu.
Wah, akhirnya tau sejarah gambar profil pic teh Andina. Cukup tergugah baca cerita yang itu, keren juga ya bisa berkolaborasi begitu.
Hihihi related bgt sama kalimat ‘untuk bisa foto saja itu sudah jadi kemenangan’..
Baru setting props, dah diacak-acak anak. Mau settingnya malem, ga dapet sunlight. Yowis lah. Hahahaha.
Keren teh, emang art itu adalah sesuatu yang harus kita ajarkan sama anak juga ya. Ada teman yang homeschooling dan dia beneran bahas aliran-aliran pelukis dengan anaknya yang masih kecil2 dan mereka cuma bikin duplikasi karya sesuai versi masing2. inspiring banget.
Sukses teh Andin, terus meneruskan kecintaan terhadap seni!
Duh paling nggak bisa aku berkesenian, anaknya nggak ada bakat seni sama sekali hehe. Keren Teh, kegiatannya seru apalagi yang melibatkan anak ya
Berkesenian itu luas sekali ya memang, dan dari melukis ataupun memfoto itu hasilnya bisa dinikmati sampai lama. Kalau dikumpulkan, siapa tau nanti bisa kolaborasi dengan cucu juga.
Yang penting apapun hobinya, harus happy hatinya!
Pingback: Review Buku Homeschooling With Love - tulisandin