Belajar Sabar Dari Kisah Nabi Ayyub

kisah-nabi-ayyub.jpg
cover source: gramedia, image from smartmockup Canva

Belajar Sabar Dari Kisah Nabi Ayyub – Alkisah, saya lagi merasa ‘capek hati’ banget karena sesuatu hal. Saya ngerasa lelah sama emosi negatif yang suka saya rasakan. Emosi itu datang, mereda kemudian ada lagi. Begitu terus, berulang-ulang. Namun, life goes on dan hari dimulai lagi seterusnya. Saya mulai capek dikuasai emosi negatif. Dititik ini saya pasrah dan akhirnya meminta pada-Nya agar ada solusi.

Suatu saat si kecil (yang di masa itu sedang suka dibacakan kembali kisah-kisah nabi), minta dibacakan kisah Nabi Ayyub. Ada masanya saya mengenalkan kisah-kisah Nabi untuk si kecil sebagai salah satu materi homeschooling. Tujuannya agar ia mengenal agamanya dan tahu kisah Nabi-Nabi yang sarat makna. Ternyata, di periode ini ia yang masih 6 tahun ini minta sendiri dibacakan. Kadang Nabi dengan cerita spesifik. Seperti saat itu, ia minta dibacakan Kisah Nabi Ayyub.

Paginya sebelum ia minta dibacakan kisah Nabi Ayyub, saya sempat mendengarkan kajian Ustadz Syafiq Riza Basalamah yang judulnya “Apabila Engkau Disakiti”. Inti dari kajian itu adalah ketika kita diuji dengan disakiti orang terus-menerus, ingatlah dengan…kisah Nabi.

Kisah Nabi dan Kesabaran

Banyak dari kisah Nabi-nabi, mostly dari kisah yang saya juga bacakan ke si kecil, diuji dengan kaum yang tidak percaya dengan dakwah mereka. Bahkan sudah bertahun-tahun berdakwah, kaum yang mengikuti mereka cuma sedikit sekali. Mereka bahkan menantang Nabi dengan perkataan dan perbuatan. Dari beberapa kisah yang saya baca, Nabi bahkan dikucilkan dan dianggap aneh dari masyarakat.

Dari Kisah Nabi Yunus misalnya, ia tinggalkan kaumnya dan naik kapal, kemudian ditelan ikan besar. Selanjutnya semua mungkin sudah tahu, ia minta ampun dan akhirnya dikeluarkan dari perut ikan. Kembali ke daratan dan kembali ke kaumnya.

Saya juga baru mendengarkan kajian Ustadz Hanan Ataki mengenai lelah hati Rasulullah. Beliau saja ditolak dakwahnya oleh keluarganya sendiri. Rasulullah saja bisa capek batin dan sakit hati. Bisa dibayangkan sulitnya mendakwah pada keluarga yang usianya lebih tua.

Ya, bagaimana dengan manusia? Pasti lebih mungkin digerogoti rasa capek hati. Bahkan kalau manusia itu tidak kuat menahan sabar, bisa melampaui batas. Naudzubillah min dzalik.

Kisah Nabi Ayyub dan Rasa Malunya Minta Kesembuhan Pada-Nya

Mungkin bagi saya saat itu yang paling menohok adalah kata-kata Nabi Ayyub, seperti yang dituturkan dalam buku kisah 25 Nabi dan Rasul milik si kecil. Nabi Ayyub dikisahkan diuji dengan berbagai ujian hidup; seseorang yang kaya lalu jatuh miskin, banyak anak lalu anak-anaknya meninggal, kemudian diberi penyakit.

Padahal ia seorang Nabi, seseorang yang dimuliakan-Nya. Tapi ini jawaban Nabi Ayyub ketika istrinya bertanya kenapa dia tidak minta pertolongan kepada Allah (untuk disembuhkan dari penyakitnya yang membuatnya dijauhi orang-orang):

“Istriku, aku malu kepada Allah. Sakitku ini tidak lebih lama dari masa-masa sehatku.”

Nabi Ayyub a.s, Buku Kisah 25 Nabi dan Rasul – Nabi Ayyub

Nabi Ayyub saja malu. Itupun setelah punya harta banyak lalu miskin, setelah anak-anaknya meninggal semua dan setelah diberi penyakit kulit yang membuatnya dijauhi orang-orang. Ia masih punya…malu.

Padahal hidupnya yang serba enak sudah ‘jungkir balik’ berubah. Kebanyakan manusia yang hidup serba ada merasa terbiasa dengan kehidupan-Nya dan lupa semua terjadi atas izin-Nya.

Ya ampun, sedangkan kita manusia, baru saja diuji sedikit sudah banyak mengeluh. Dibanding kenikmatan-Nya, tentu tidak sebanding.

Entahlah. Mungkin sudah maksud-Nya mengajak si Abang meminta Ibunya dibacakan kisah Nabi Ayyub agar membawakan pesan; “Hey, janganlah engkau bersedih. Contohlah si Nabi Ayyub.” Sayapun ikut malu, karena merasa tak sabar. Point taken.

Hikmah Kesabaran

Diuji dan diminta bersabar bukannya tanpa hikmah. Diantaranya kenapa manusia diberi ujian adalah tanda sayang-Nya kepada kita dan tanda insya Allah kita mau ‘naik kelas’. Dan juga pasti terjadi untuk orang yang beriman (insya Allah).

β€œDan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”

QS Al-Baqarah Ayat 155

Anyway, di tiap ujian hidup itu bisa jadi terasa lebih berat sebelumnya. Iyalah, it is ‘designed’ that way demi menguji kita yang paling pas menerimanya. Mungkin orang lain belum tentu kuat, tapi kita insya Allah kuat.

Namun di tiap ujian kehidupan yang seberat-beratnya, selalu membuat saya mau ‘curhat’ kepada-Nya. Selalu minta ampun dan minta petunjuk.

Penutup

Kisah Nabi ditulis dan dikenang dengan maksud memberikan manfaat dan acuan bagi manusia masa kini. Beribu tahun lewat, dan kisah Nabi masih saja relevan. Setidaknya untuk saya yang waktu itu butuh pencerahan.

Terima kasih telah membaca πŸ˜‰ Semoga dengan membaca ini ada sedikit manfaat untuk pembaca.

Leave a Reply