Perdagangan Rempah Maluku di Era Penjajahan Portugis – Di tulisan Benteng Tolukko dan Cerita Sultan Ternate Melawan Penjajahan Portugis sepertinya saya agak overwhelmed dengan luapan kisah sejarah Ternate, masuknya agama Islam di pulau itu dan penjajahan Portugis. Ingin cerita banyak tapi terbatas 1000 kata. Di balik itu, sebenarnya saya menyimpan banyak sekali ketakjuban membaca sejarah Spice Island alias pulau Maluku.
Pasalnya, pulau Maluku bukan pulau sebelah mata. Begitu berharganya kepulauan penghasil rempah-rempah ini sampai pedagang-pedagang di Cina menyembunyikan letak kepulauan Maluku selama berabad-abad. Ini dimaksudkan agar mereka bisa menyetok rempah-rempah tanpa harus bersaing dengan bangsa asing.
Di saat yang sama ketika saya menemukan fakta sejarah ini, si kecil pun ikut bertanya-tanya mengenai penjajahan di Indonesia sebelum merdeka. Kebetulan minggu lalu memang minggu menuju tanggal 17 Agustus 2024.
Dan saya berupaya agar anak ini mengetahui sedikit sejarah mengenai kemerdekaan Indonesia. Ngga sekedar mendekor merah putih juga printables (ini karena si kecil sudah bosan mewarnai dan ogah gunting-gunting juga sih). Ini hasil penelusuran saya mengenai Maluku dan perdagangan rempah dari awal hingga penjajahan Portugis:
Mengapa Maluku Dijajah
Pertanyaan paling sering yang saya dengar dari si kecil mengenai kemerdekaan Indonesia adalah, “Mengapa Indonesia dijajah sih Ma?” Saya selalu menjawab, “Karena alam Indonesia kaya.” Tapi saya baru ngeh kalau sepertinya si kecil waktu itu masih belum puas dengan jawaban saya. Karena meskipun kita kaya, masa bisa jadi alasan valid untuk dijajah?
Pertanyaan-pertanyaannya berlanjut ke yang lainnya. Seperti, “Siapa sih ma yang lebih dulu ada, Indonesia atau Amerika?”
Lalu selanjutnya, “Siapa penjajah Indonesia yang paling awal?”
Pertanyaan-pertanyaan yang saya include ke independent learning, sebuah segmen harian homeschooling dimana ia bisa ‘berkelana’ belajar mandiri (yang baru saja juga ada minggu lalu).
Kebetulan karena ada Tantangan Blogging MGN Agustus 2024 juga, saya jadi membaca kembali sejarah Indonesia. Dan, meskipun lebih dulu ada dilihat dari hari kemerdekaan tapi bukan berarti orang Indonesia belum ada. Mereka cuma belum bersatu sebagai Indonesia dan masih dalam masa penjajahan.
Untuk menjawab pertanyaan siapa penjajah Indonesia paling awal, ternyata memang Portugis penjajah pertama di Nusantara. Di Ternate misalnya, VOC datang setelah masa kejayaan kesultanan paska peperangan melawan Portugis.
Rasanya sedih membaca kembali fakta bahwa bangsa asing tega menjajah bangsa ini, memaksa pribumi bekerja, meraup hasil alam dan mengesampingkan pendidikan pribumi pula. Yang kemudian fakta-fakta ini saya jelaskan si kecil sebagai arti penjajahan. Kenapa pribumi kok tidak di-orang-kan? Pertanyaan besarnya adalah, mengapa bangsa asing menjajah Indonesia?
Ya, Indonesia kaya alamnya. Di daratan mereka, nggak ada hasil alam seperti hasil alam di Indonesia. Mereka harus menyeberangi dunia demi mendapatkan hasil alam Indonesia. Tapi kok ya tega banget sampai menjajah sedemikian rupa?
Pertanyaan itu ada di benak saya ketika membaca sejarah Portugis berusaha menguasai Ternate. Kenapa sih, bela-belain banget? 10 tahun lho ada di kepulauan Maluku sebelum akhirnya membuat benteng. Dan ngga cuma 1-2 benteng dibangun. Ada sampai 10an benteng.
Semua usaha ini cuma demi…cengkeh? Nggak masuk akal, awalnya saya berpikir.
Keuntungan Fantastis Perdagangan Rempah di Internasional
Khasiat cengkeh memang banyak sekali. Tak cuma sebagai bumbu makanan dan aromanya yang wangi, tapi juga untuk kesehatan. Penghasilnya dulu cuma di kepulauan Maluku. Sementara di Maluku sendiri, harga cengkeh segitu murahnya. Ya wajar saja, ketika sesuatu ‘bertebaran’ dan mudah didapat, harganya menjadi murah.
Namun satu ‘kebingungan’ saya, kok bisa-bisanya mau ambil rempah sampai menjajah. Juga sampai membunuh Sultan (sampai dikuliti segala).
Saya menemukan jawaban dari teka-teki ini di buku Kepulauan Rempah-Rempah. Disebutkan disana, untuk membawa angkutan di lautan harus melalui tak hanya perompak tapi juga ‘penunggu laut’ dan dikenakan pajak dan pungutan-pungutan. Ini yang menyebabkan harga rempah pun di Internasional melonjak tinggi.
Di buku itu disebutkan bahwa seorang pedagang Arab mengibaratkan jika membawa 6 perahu berisi rempah-rempah dan 5 perahu hilang di jalan, keuntungannya yang didapat pun masih lumayan. Dikatakan keuntungan rempah-rempah jika dijual di pasaran Internasional bisa mencapai 32.000 persen!
Mungkin ya, mungkin, yang awalnya cuma memikirkan keuntungan ekonomi jadi merambat rakus jadi ingin memonopoli sepulau-pulaunya. Mengingat dulu memang pribumi hidup sederhana dan ngga neko-neko.
Wahai Pribumi, Ayo Hargai Rempah
Suatu ketika saya membaca daftar menu coffee shop asing yang sekarang lagi diboikot. Saya tercengang membaca harga topping kopi kayu manis seharga.. Dua puluh ribu rupiah. Itupun masih tahun 2010-an (10 tahun lalu).
Sementara beli kayu manis di tukang sayur paling berapa ribu rupiah dan cukup parut sendiri saja. Bisa juga beli versi bubuk, paling seharga sepuluh ribu kurang. Ya mungkin kayu manis yang dijual di coffee shop itu bukan dari Indonesia, tapi dari Srilanka. Atau mungkin dari Indonesia, diimpor ke pusat lalu dijual ke Indonesia. Pusing ngga? Hahaha.
Saya memang tergolong pribumi yang agak telat mengagumi rempah. Seperti yang pernah saya tulis di tantangan blogging lainnya mengenai air rempah, saya amazed dengan khasiatnya yang ngga tanggung-tanggung.
Ketika ipar saya harus tinggal di luar negri, salah satu nasihat yang saya katakan padanya adalah bawalah rempah-rempah dan cabai rawit (karena dia penggemar masakan pedas). Tentunya kita tahu bahan makanan yang biasa dijual di tukang sayur lokal sini harganya bisa melambung tinggi di luar negri. Yang jelas, never underestimate khasiat rempah.
Penutup
Secara garis besar dari dua tulisan saya mengenai Maluku dan penjajahan Portugis, saya merasa berterima kasih pada perjuangan Sultan Ternate di masanya.
Khususnya ketika saya baru tahu bahwa ternyata keluarga saya masih ada turunan dari mereka. Masya Allah. Pantesan saya merasa terkoneksi dengan peristiwa sejarah ini. Dan Alhamdulillah si kecil insya Allah menyadari dan bangga jadi orang Indonesia.
Bagaimana menurutmu mengenai penjajahan Portugis, Sultan Ternate dan perdagangan rempah di era tersebut?
Saya lagi penasaran sama lukisan Banda Naira yang jadi ilustrasi di blog ini. Sepertinya yang melukis itu Kapten Christopher Cole, orang Inggris yang mengambil benih pala terbaik dari Banda dan menanamnya di berbagai wilayah lain. Tapi belum ada bukti validnya. Lukisan yang cantik sekali. Kalau benar, jarang ada perwira angkatan laut yang juga seorang seniman.
Salah satu tempat di Indonesia yang ingin saya kunjungi adalah Maluku. Pemandangannya indah banget kalau lihat di internet. Ingin banget lihat langsung.. semoga ada kesempatan bisa ke tanah Maluku dan melihat enteng-benteng yang ada di sana.
Ahaha, setuju Andina. Memang harus banget bawa rempah rempah dan juga cabe kalau ke kuar negeri. Nyesel dah dulu ga bawa. Masakan Indonesia adalah masakan paling superior sedunia. 😍👍
Tulisan Andina membuatku terharu, terutama di bagian di mana Andina merasa terkoneksi dan sangat personal dengan sejarah ini. Makin bangga dan mencintai tanah air.
Semoga suatu saat nanti, aku mendapat kesempatan untuk berkunjung ke Maluku dan melihat benteng-benteng bersejarah itu.