To My Younger Self

to-my-youngerself.jpg

To My Younger Self,

Di umur 29 tahun mungkin kamu sedang berpikir, “Now what (selanjutnya apa)?”

Sekarang hidupmu berjalan bagai mesin. Mungkin dirimu merasa bahwa kamu cuma bagian kecil dari ‘industri besar’. ‘Industri’ yang menuntut bekerja 9 jam sehari dengan ritme yang sama bertahun-tahun. Dirimu sedang sangat butuh perubahan. 

Ya, Alhamdulillah sudah ada calonmu disitu berkali-kali mengajakmu ke pelaminan. Disitu hatimu merasa berbunga-bunga. Tak sabar rasanya membuka lembaran baru. Akhirnya dirimu mau sampai ke bagian hidup yang membawa lebih banyak kebahagiaan.

Siapkan dirimu ya karena kebahagiaan yang kamu harapkan butuh begitu banyak usaha. Bukannya tidak ada cinta. Bukannya tidak ada passion. Tapi karena kurang ilmu dan kurang kematangan diri.

I hate to say this tapi dongeng-dongeng yang kamu tonton semasa kecil seperti Cinderella dan Sleeping Beauty punya nilai mimpi tinggi yang di realita tidak kejadian. Bahkan Putri era masa kini seperti Lady Di dan Meghan Markle (nanti kamu juga tahu dia siapa) kenyataannya harus susah payah beradaptasi di kehidupan kerajaan. Ya mungkin kamu juga sudah tahu di umurmu ini yaitu live happily ever after (kata-kata terakhir dalam dongeng Putri Disney) tidak selesai disitu saja. 

Menjadi istri means a lot of things. Salah satunya adalah being selfless alias mengesampingkan kepentingan diri sendiri. Awalnya berat tapi kamu akan terbiasa. Apalagi ketika mengurus si kecil (iya bakal ada si buah hati hadir dalam tahun-tahun ke depan). Ketika itu, kamu bagai jadi wanita baru. Menjadi Ibu membuat karaktermu lebih lembut, insya Allah. 

Apa Itu Istiqomah

Sampai kini dirimu di masa depan ini merasa tantangan terbesar dalam hidupnya adalah menjadi istri yang istiqomah. Bukan cuma menjadi istri yang baik. Tapi is-ti-qo-mah. Yang artinya teguh dalam beriman sehingga tidak tergelincir, serta ibadah dan itikad-itikad nya tidak dilanggar (menurut detik.com).

Kenapa harus istiqomah? Memang bisa cukup lho menjadi istri yang baik. Ya ketika kamu sudah melalui beberapa tahun di pernikahan yang ujiannya lumayan, di satu (dan beberapa) titik kamu ‘dipaksa’ untuk cuma bisa bergantung kepada-Nya. Kamu jadi punya kesimpulan bahwa Yang Maha Kuasa adalah Yang Maha Penyayang karena segitu sayangnya dengan dirimu sampai diberi ujian sedemikian rupa, hingga melunturkan penyakit-penyakit hati. Seperti ego dan keras hati, berpuas diri dan sebagainya.

 Lalu di saat kita jadi hamba yang banyak dosa, Ia masih memberikan kesempatan dan kemudahan-kemudahan. Dan kebahagiaan seperti keberadaan si kecil. Sehingga kalau ngga berpaling pada-Nya kamu jadi berpikir ‘gimana caranya jalanin hidup?’ Hati pasti jadi ngga tenang dan mudah galau. Kalau tidak demikian, mungkin hidup penuh emosi dan lebih banyak masalah. 

Menjadi istri yang istiqomah means kamu harus meninggalkan keinginan-keinginan yang duniawi. Misalnya karir, titel dan mencari uang yang banyak. Hal-hal itu mungkin memuaskan namun hanya sementara. 

Lagipula buat-Nya itu mudah, memberikan rejeki untuk hamba-Nya. Lalu daripada berkiblat pada dunia, lebih baik dekati saja pencipta-Nya bukan? Tapi dengan tetap berusaha di dunia nyata. Karena Yang Maha Kuasa pasti melihat action kita juga. 

Ternyata, istiqomah juga berarti ngga bisa terlalu bergantung kepada pasangan. Tak bisa juga merasa terlalu ingin memiliki maupun terlalu membiarkan. Niat harus lurus mencari ridho-Nya.

Berat bukan? Dirimu kini masih susah payah mencari keseimbangan. Kalau niat berbelok sedikit, Ia akan ‘mengingatkan’. 

istighfar dan perbanyak ilmu agama. template made in Canva

Bagaimana Agar Tetap Istiqomah

Jangan pupus hati ya. Dan merasa terbebani duluan. Bayangkan ganjarannya. Masuk surga, bertemu insya Allah orang-orang terdekatmu disana yang ada di jalan-Nya. Ngga merasa cape (termasuk cape hati) dan bebas penyakit hati. Ngga tua, selalu muda. Ngga mikirin biaya harian. Ngga mikirin kalori makan. Bebas semua beban. Ngga juga digodai terjerumus dosa. Ya, tapi menuju kesana bukannya mudah. Justru banyak diuji. 

Makanya agar lebih mudah jalani niat istiqomah, sebaiknya lepaskan keinginan duniawi. Bergantung pada-Nya saja. Banyak doa (doa terkecilpun ternyata ngaruh) dan ibadah, istighfar ketika merasa emosi, nonton ceramah dr. Aisyah Dahlan (haha karena insightful) dan tetap perbanyak ilmu. Ngomong memang gampang, tapi di tulisan ini sebenarnya aku lagi berusaha menolongmu dari perasaan bingung. 

It gets better ketika sudah melepaskan kemauan dan harapan yang mungkin tidak pas dilakukan. Terasa lebih baik ketika kita menerima ujian dan sadar bahwa semua terjadi karena izin-Nya. Agar kita ‘naik kelas’. Ngeh juga bahwa ujiannya ngga akan pergi sampai kita ‘lulus tes’. 

Tundukkan juga egomu. Sebenarnya itu yang tersusah. Menaklukkan diri sendiri. Bukan ujian masuk PTN, mikirin harus makan apa besok, atau gimana membuat si kecil ngga pilih-pilih makanan. Ego yang besar terbukti bisa mengancam hubungan. Bisa ambyar semua. This is a big reminder.

Udah, jangan lihat-lihat kasus dan pendapat orang lain, apalagi sosmed. Lihat dan jalankan saja aturan dari kitabmu dan agamamu. Alhamdulillah, insya Allah pasanganmu akan selalu mengingatkan. Karena itu juga kamu juga menghormatinya, karena dia ‘meluruskan’mu. Dia jalan menuju Jannah, so berusahalah untuk jadi istri yang istiqomah untuknya juga. 

Also be good to yourself. Semua ujian ada bukan untuk apa-apa, tapi for a better you

Selamat berjuang dan kamu bisa kok,

Your Future Self

Banner tantangan MGN 2023

Tulisan ini dibuat demi memenuhi Tantangan Blogging Mamah Gajah Ngeblog bulan September 2023. 

This Post Has 5 Comments

  1. Shanty Dewi Arifins

    Bener ya, ujiannya nggak akan pergi sebelum lulus tes. Buat yang suka lari dari ujian, pantesan masih akan ketemu terus dengan masalah yang sama. Sepertinya sama Allah masih terus dikasih remedial. Makasih sharingnya Andina.

    1. Sri+Nurilla

      Oh ya Allah. Ini betul sekali. Saya bingung berkata-katanya gimana, seneng banget pas lihat kalimat Teh Shanty ini. 😅😍.
      Tiap didatangkan masalah, WAJIB banget untuk dihadapi. Kalo lari, pasti nanti akan ketemu masalah yang serupa.

  2. Yangie

    Aku tadinya mau nulis tantangan terberat adalah konsisten/ istiqomah, eh udah diwakilkan oleh Teh Andina 💜

  3. Sri+Nurilla

    Ehehe ku merinding niy bacanya, Andina. Jadi kayak ayam dan telor, duluan yang mana ya. Andina ‘sekarang’ udah membisikkan apa yang akan trjadi pada Andina ‘dulu’.
    Mengandung pesan untuk tetap istiqomah, insha Allah. 🥰

  4. Yustika

    Betuuul, istiqomah adalah yang terberat. Wise men say: Motivation is what gets you started. But consistency (istiqomah) is what keeps you going.

Leave a Reply