Hikmah Menonton Serial ‘Dear My Friends’ (2017)

dear-my-friends.jpg

“Mama nonton apa?”

“Nonton film (serial) nenek-nenek, Dek.”

“Ganti ah Ma, jangan nonton yang nenek-nenek.” Si kecil meminta, karena kisah orangtua tidak menarik baginya. Dan tentunya juga bagi banyak orang pada umumnya, ditengah banjirnya serial anak muda.

Tapi tidak untuk saya kala itu. Ketika mencari tontonan serial, saya memutuskan untuk mencari tontonan yang bukan fantasi romantis seperti drakor romantis atau sejenisnya. Karena saya lagi ngga mood nonton drama love-love-an. Ternyata pilihan saya jatuh ke Dear My Friends (2017) yang tayang di Disney Hotstar. Entahlah, mungkin karena jarang ada serial yang tokoh utamanya tua-tua dan beruban semua. Akhirnya ya saya pun hanyut menonton sampai episode terakhir.

Tentang Serial Dear My Friends (2017) dan Cerita-Cerita Di Dalamnya

Most of the cast derial Dear My Friends umurnya sudah nenek-nenek dan aki-aki yang memiliki ikatan satu grup pertemanan karena dulu pernah satu sekolah. Bukan lagi muda di masa 90an, tapi dari sebelum itu. Kadang-kadang, problema emosional emak-emak tua ini buat saya ‘megap-megap’ karena sarat emosi. 

Mulai dari Jang Nan-hee yang jadi Ibu controlling ke anak perempuan tunggalnya yang sudah berumur 39 tahun, Park Wan. Saat reuni, si Ibupun marah pada mantan sahabatnya, Young Won yang tidak jujur karena tahu suaminya berselingkuh di masanya.

Wan sendiri tengah terlibat cinta segitiga, dengan mantan pacar yang lumpuh dan bos yang sudah punya istri dan anak. Wan masih menyimpan rasa pada mantan tapi mencampakkannya karena diminta Ibu tidak memiliki pasangan lelaki yang lumpuh. Hal ini lantaran paman Wan alias adik si Ibu memiliki kondisi lumpuh.

Namun diantara semua nenek-nenek ini, saya paling tersentuh dengan kisah Hee-ja yang ditinggal mati suaminya dan dianggap beban oleh anak-anaknya. Juga kisah Jeong-ah yang jadi istri berdedikasi tapi disepelekan suaminya yang pemarah dan pelit. 

Ada juga Choong-nam yang memilih tidak menikah karena mengurus saudara-saudaranya dan sering dimintai uang, dimanfaatkan seniman-seniman muda yang tahu bahwa Choong-nam bak Ibu peri dermawan. Cerita Young Won yang jadi aktris kawakan namun memiliki kanker juga tak kalah buat mata berkaca-kaca. 

Kisah manis CLBK Hee-ja dan Seong-jae juga bikin senyum-senyum. Bayangkan nenek dan aki yang dulu saling suka tapi ketemu lagi, walau Hee-ja awalnya menutup diri karena sakit hati. Menurut saya sweet banget, karena keduanya pasti sudah melewati banyak masa pahit dari pernikahan masing-masing. Tapi masih ada percikan sayang. Keduanya bertemu lagi di gereja, atau mungkin juga Seong-jae sengaja berdoa disana agar bisa ketemu Hee-ja.

Kenapa saya merasa amat pilu menonton kisah Hee-ja? Karena mungkin kisahnya adalah salah satu kisah the worst yang saya bayangkan di hari tua saya nanti. Punya anak tapi nggak mau ngurusin Ibunya di masa tua. Akhirnya Hee-ja yang rapuh dan tua hidup sendiri dan tidur di ruang tamu karena ketakutan. Satu-satunya anak yang peduli harus memantaunya via CCTV karena ngeri Hee-ja kenapa-napa. Di satu episode bahkan Hee-ja nyaris bunuh diri. 

Namun Hee-ja memiliki bestie yang setia, Jeong-ah. Persahabatan mereka cukup manis dan langgeng. Jam berapapun Hee-ja menelpon, Jeong-ah selalu meladeni. Mereka bahkan bisa sespontan itu melakukan road trip pagi buta, walau akhirnya jadi masalah karena terjadi kecelakaan.

Para pemain di serial Dear My Friends (2017). Sumber : Mubi
Para pemain di serial Dear My Friends (2017). Sumber : Mubi

Nah kisah pertemanan mereka semua membuat Wan ingin menulis buku mengenai mereka. (Spoiler alert!) Inipun sebenarnya tidak dijelaskan hasil akhir bukunya seperti apa di ending serial.

Soal akting jangan ditanya deh. Dear My Friends cast nya keren dan bagus banget. Saya jadi percaya grup pertemanan nenek-nenek dan kakek-kakek ini beneran ada di dunia nyata, saking natural dan menjiwainya akting mereka.

Hikmah Menonton Dear Friends (2017)

Kisah Hee-ja sebagai ‘orangtua yang dibuang’ bagai reminder untuk saya agar mendidik anak lebih baik. Saya agak bertanya-tanya bagaimana Hee-ja dan suaminya mendidik anak-anaknya sehingga cuma satu anaknya yang peduli padanya. Saya tidak ingin menghakimi Hee-ja, karena dia tampak seperti Ibu yang pengasih dan penyayang.

Mungkinkah dia terlalu memberikan segalanya ke anak-anaknya? Atau justru sibuk dengan dunianya sendiri? Yang jelas Hee-ja jadi sering berdoa ke gereja, mungkin ia sekaligus belajar spiritualitas di umurnya.

Dalam Islam, anak laki-laki sejatinya masih bertanggung jawab pada orangtuanya. Jadi seharusnya anak lelaki tidak lepas tangan pada orangtua walau sudah memiliki istri. Namun melihat kisah Hee-ja yang sesederhana mengganti lampu yang rusak akhirnya terluka dan diperiksa dokter, bikin sesak hati. Kemana anak lelakimu? Meskipun memiliki rumah besar dan keadaan yang berada. Karena sudah tua, Hee-ja juga menderita penyakit yang membuat khawatir orang-orang yang peduli padanya. Padahal menurut saya Hee-ja memiliki kepribadian terunik dan menggelitik dibanding karakter lainnya.

Sementara untuk kisah-kisah lain, saya juga terenyuh melihat hidup Jeong-ah. Meskipun Jeong-ah saya pikir ‘agak muluk-muluk’ bermimpi keliling dunia dengan gaji suami sebagai security dan umur yang tidak muda lagi. Jeong-ah bahkan mau dibayar anak-anaknya untuk membersihkan rumah dan memasak, diduga untuk menabung juga menyokong mimpi travelingnya. Dengan suami yang suka semena-mena dan pelit dengan istri sendiri, saya rasa Jeong-ah harusnya diberi penghargaan istri paling tahan banting. Namun di akhir-akhir episode, Jeong-ah akhirnya membalas dendam.

Memang sih, yang jadi ‘lem’ dari semuanya adalah Park Wan yang bekerja sebagai penulis lepas. Agak tidak jelas kenapa ia sebenarnya putus dengan mantan pacar, apakah ia takut menderita seperti sang Ibu yang harus mengurus Ibu juga kakak yang lumpuh. Atau memang ia sekedar ‘menurut’ dengan permintaan Ibu yang tidak ingin ia berpasangan dengan lelaki yang lumpuh. 

Tapi saya rasa bukan itu, saya pikir dia cuma takut dengan musibah yang dialami mantan dan ngeri dengan tanggung jawabnya. Padahal ia mau dilamar oleh si mantan, yang ganteng banget by the way. Saya cuma bisa bilang, Wan memang sedikit butuh ‘mind cleansing’ karena justru pelariannya ke lelaki beristri yang juga diam-diam naksir dia sejak single. Kalau di film Indonesia, biasanya sudah ada yang marah-marah melabrak. Memang ada sih di kisah Wan, tapi bukan si istri.

Selain itu, serial ini bagai pengingat juga agar tidak menjadi Ibu yang terlalu mengatur. Karena akan menyiksa batin anak dan membuatnya jadi pemberontak.

Penutup

Berbagai problema hari tua, seperti penyakit kanker, hari pensiun dan bagaimana diri kita di hari tua jadi bayangan saya ketika nonton serial ini. Juga sekaligus memberikan saya pelajaran parenting agar jangan terlalu mengekang anak maupun terlalu memanjakan mereka. Tentu menjadi orangtua yang bahagia adalah harapan kita semua ya.

Namun diantara semua problem yang dimiliki mereka, saya iri dengan bond dari persahabatan nenek-nenek dan kakek-kakek ini. Karena minimal ketika anak sendiri sibuk dengan dunianya, kita punya teman-teman yang bisa mengisi hari-hari.

Cek juga blog tentang spiritualitas ini ya. Makasih sudah membaca.

This Post Has 6 Comments

  1. Sri Nurilla

    Wah iyakah Andina. Ini drakor pertama yang saya tahu jalan cerita utamanya adalah para manula. Sepertinya menarik ya ehehe.
    Sedih ya yang kisah Hee-Ja yang tidak dirawat putranya. Kasihan.. :(.
    Kalau saya pribadi, saya dan suami, sudah sejak dini gak mau mengharap anak untuk merawat kami, gak mau merepotkan. Pastinya alhamdulillah kalau si anak punya kesadaran sendiri tanpa kami minta, untuk tetap menjaga kami saat kami tua nanti.

    Ulasannya bagus, Andina 🙂

    1. tulisandin

      Memang sih teh, ngga juga mau terlalu dependant ke anak. Namun di kondisi suami nggak ada dan tinggal sendirian, paling ngga anak-anak ada kepedulian (menengok sesekali) atau minimal telpon aja. Cuma di film ini, banyak anaknya sibuk kerja masing-masing.

      Makasih teh

  2. Shanty Dewi Arifin

    Aku suka banget drama ini Andina. Sampai kepo sama versi Cinanya. Tapi belum nemu sih. Nggak nyangka, hidup di masa tua bisa serumit itu. Tapi aku salut, walau mereka sudah tua dan sakit-sakitan, tapi ya tetap bisa relatif mandiri ya. Mana cantik-cantik dan terawat lagi nenek-nenek ini. Aku suka semua karakternya yang unik-unik.

    1. tulisandin

      Wah aku baru tahu ada versi China nya. Iya teh, jadi ada insight kesusahan kala usia lanjut ya begini. Penyakit tua dan kesepian, walau dikemas komedi dan drama. Nenek-nenek tapi rata-rata masih gaya juga sih style-nya ya teh.

  3. Sistha

    Wah ada si nenek ( yang berHanbok) ! Canggih memang aktingnya. Pertama kali liat di serial F4 nya Korea. Muncul beberapa episode sebagai kepala pelayan Go Jun Pyo. Lama ga nonton kDrama eh ketemu lagi di Hometown Cha Cha Cha.
    Apakah itu nenek yang berperan jadi Hee ja, mah Andin?

    1. tulisandin

      Iya pantes si nenek itu familiar ya. Tapi rata-rata pemainnya udah pemain watak sepertinya.

      Si Nenek yang jadi Hee-ja awalnya belum jadi nenek-nenek memang, tapi akhirnya punya cucu terakhir-terakhir episode.

Leave a Reply