Review The Wild Robot (2024) – Semenjak anak sudah cukup besar untuk diajak ke bioskop, mamanya ini malah suka cari tontonan bagus buat bisa diajak nonton sama-sama. Sebelumnya saya sempat nonton trailer film The Wild Robot (2024) dan merasa sepertinya bagus filmnya untuk anak-anak.
Di luar dugaan, acara nonton kita cukup seru karena Bapaknya juga ngikut nonton. Hari itu nggak nyangka sih bisa nonton karena mikirnya agendanya akan berbeda. Alhamdulillah, film ini ternyata menyenangkan ditonton bersama dan memiliki pesan bagus. Related juga untuk saya sebagai orangtua.
Seperti di blog Bambang Irwanto si Kurcaci Pos yang banyak memuat cerita fiksi untuk anak, kisah The Wild Robot ini diadaptasi dari cerita anak trilogi berjudul sama. Wah saya pikir tadinya memang kisah orisinal untuk film.
Sinopsis Film The Wild Robot (2024)
Kisah film ini mengenai robot serbaguna ROZZUM Unit 7134 (Lupita Nyong’o) yang terdampar di sebuah pulau berisi hutan dan binatang-binatang. Karena insiden tak sengaja, robot tersebut diaktifkan dan dianggap asing oleh binatang-binatang di pulau itu.
Rozzum atau Roz pun berusaha beradaptasi dengan mempelajari isi hutan dan penghuninya. Ia berusaha mencari hewan yang membutuhkan bantuannya tapi tak menemukannya. Berusaha dijemput oleh pabriknya pun gagal karena dikejar beruang. Iapun tak sengaja malah menghancurkan sarang angsa. Sarang itu menyisakan satu telur.
Begitu menetas, angsa kecil bernama Brightbill (Kit Connor) itu menganggap Roz adalah ibunya. Roz juga bertekad membesarkan Brightbill hingga ia mampu mandiri dan terbang sebelum musim salju. Hadir pula rubah bernama Fink (Pedro Pascal) yang merasa tidak nyambung dengan dunia binatang disana. Ia bergabung dengan ‘keluarga’ Roz dan Brightbill.
Ketika saatnya Brightbill harus terbang sebelum musim dingin tiba, hubungannya dengan Roz menjadi bumerang. Ini karena sosok Roz yang dianggap ancaman di hutan tersebut. Bisakah Brightbill survive saat musim dingin tiba? Dan bagaimana nasib Roz sepeninggal Brightbill?
Ulasan Film The Wild Robot (2024)
Secara keseluruhan film, kisah Roz dan Brightbill memiliki banyak pesan dan hikmah. Pesan dari sisi parenting meski dari sosok seorang robot yang di set menjadi pengasuh angsa.
Kegigihan dan motivasinya agar ‘anaknya’ percaya diri dan mampu menghadapi tantangan. Dari sisi kemampuan dan dari pandangan negatif luar, yang menganggap Brightbill bukan angsa sesungguhnya lantaran diasuh robot.
Dan dari sisi pribadi atau personal Brightbill yang harus melepas zona nyamannya dari sosok angsa cilik menjadi dewasa. Juga menghadapi rasa insecure karena belum bisa terbang. Ada pula perasaan tidak diterima kalangannya karena ‘berbeda’.

Jadi untuk ditonton anak-anak cukup bagus pesannya. Namun yang dikhawatirkan memang ada sisi romantisir yang dibawa dari film, bahwa kita dapat memiliki emotional attachment dengan benda mesin. Meski di film, benda tersebut (Roz) ternyata memiliki perasaan dan kepedulian. Jadi sebaiknya orangtua mendampingi dan menjelaskan kondisi ini pada anak ketika menonton.
Saya cukup menyadari pengaruh mesin di era digital ini bisa terjadi ketika saya mendengar berita anak remaja mengakhiri hidup karena ‘disuruh’ mesin AI via chat. Naudzubillah min dzalik.
Banyak karakter di dalam cerita yang memperkaya film. Seperti Fink si rubah yang agak sombong dan lucu. Juga banyak keluarga binatang dalam film ini dapat jadi lahan memperkenalkan anak pada dunia binatang dan habitatnya.
Dari sisi teknis, yaitu segi keluwesan animasi memang belum bisa menyamai Pixar. Namun desain karakternya iya. Yang saya perhatikan dari pewarnaan elemen, karakter dan latar hutan sedikit seperti pewarnaan cat warna. Ternyata sutradara terinspirasi oleh karya-karya Hayao Miyazaki.
Mengingat dulu-dulu nonton film yang dibintangi Lupita Nyong’o biasanya sih bagus. Suaranya memang unik dan khas dijadikan suara robot sekaligus wanita yang memiliki sosok keibuan.
Saya juga suka musik dan scoring film ini yang bernuansa penuh motivasi dan semangat. Lagu Kiss The Sky saat Brightbill belajar terbang sukses buat mata saya basah, haha.. Dan saya agak susah nangis kalau nonton film.
Overall hubungan Roz dengan Brightbill mengingatkan akan hubungan saya dan si kecil (walau tentu saja saya bukan robot ya, hehe). Kelak nanti saya dan juga orangtua lainnya harus melepas anak ketika mereka sudah dewasa dan harus mandiri.
Penutup
Salah satu upaya untuk mendukung anak adalah tulisan, tidak cuma dari kemampuan fisik seperti Brightbill. Misalnya di Blog berbagi cerita dan ceria ini yang menerbitkan artikel seputar penulisan dan cerita fiksi anak.
Film The Wild Robot adalah salah satu film terbaik yang saya tonton tahun 2024. Alhamdulillah saya menontonnya bersama orang-orang terdekat sehingga memiliki kenangan personal.
Namun sebaiknya orangtua mendampingi anak ketika menonton film ini. Dikhawatirkan ada kesalahpahaman memahami karakter Roz.
Kabarnya film ini akan ada sekuelnya nih. Menurutmu bagaimana film The Wild Robot ini?
