5 Hal Yang Harus Dipahami New Homeschooler

You are currently viewing 5 Hal Yang Harus Dipahami New Homeschooler

5 Hal Yang Harus Dipahami New Homeschooler – Kira-kira 2 tahun lalu saya dan suami mulai mantap menerapkan homeschooling. Sebenarnya sudah cukup lama sih saya ada keinginan praktek homeschooling ke anak sendiri. Ternyata suami saya pun punya pemikiran yang kurang lebih sevisi. 

Apakah kami sudah dibilang expert sebagai Homeschooler? Tentu saja belum. Saya masih beberapa kali ikutan kelas atau webinar yang bisa memperkaya wawasan saya mengenai pendidikan anak. 

Kalau menengok masa saya baru memulai HS, rasanya saya ingin menepuk pundak saya sendiri dan berkata, “Semua bakal baik-baik saja, asal…” Nah poin-poin di bawah ini adalah untuk melengkapi kalimat sebelumnya tadi:

Orangtua Selalu Harus Mau Belajar 

Menurut saya, dalam mempraktekkan homeschooling orangtua jangan pernah merasa puas diri. Selalu asah kemampuan menjadi homeschooler dan tidak mengandalkan satu institusi/kurikulum/seseorang saja. Beda dengan sekolah formal, pendidikan HS bertumpu pada orangtua. 

Orangtua sejatinya adalah yang paling mengerti dan melihat langsung kebutuhan anak. Mereka semestinya mau untuk memperkaya diri demi pendidikan anak. Untuk itu, orangtua harus memiliki kemauan memajukan diri.

Dekatkanlah diri dengan narasumber yang bisa memotivasi kita. Dan ingatkan diri bahwa anak kita membutuhkan kita untuk memperluas cakrawala mereka akan ilmu. Sudah jadi tugas orangtua untuk menyediakan pendidikan ke anak. Seperti dalam ayat hadist ini:

“Jadilah pendidik yang penyantun, ahli fikih, dan ulama. Disebut pendidik apabila seseorang mendidik manusia dengan memberikan ilmu sedikit-sedikit yang lama-lama menjadi banyak,”

H.R. Bukhari

Awalnya Bisa Terasa ‘Abstrak’

Selama hampir 20 tahun saya sekolah formal dengan mindset tinggal ikut kurikulum, tentu kagok ketika awalnya ‘merancang’ pendidikan anak sendiri. Dari garis start hingga ke depannya, bisa terasa begitu overwhelming atau stres. Ya, memang harus begitu sepertinya. Tapi tidak harus selamanya (jika mau konsisten menempuhnya dan berkemauan tinggi).

Sudah tentu akan terasa aneh karena tidak ada acuan baku. Adapun, saya rasa kita sebagai orangtua harus melakukan penyesuaian agar lebih klop ditetapkan ke anak masing-masing. 

So, jika terasa abstrak atau absurd awalnya, ya memang demikian. Kita sedang melakukan sesuatu yang ‘mandiri’ tanpa keterlibatan institusi, tentu akan terasa ‘goyang’ sebelum berjalan mantap. 

Siap Dengan Tanggapan Negatif Luar

Saya salut dengan teman-teman yang menempuh jalur pendidikan mandiri ke anaknya, yakni menempuh homeschooling dan membagikan kegiatan mereka di dunia maya. Awalnya saya juga berpikir, “Bagaimana mereka memulainya?”

Seperti halnya saya mengamati feed IG Clefy yang menulis buku Homeschooling With Love, saya kadang bertanya-tanya apakah yang ‘membakar’ semangat para homeschooler ini? Karena awalnya saya butuh waktu untuk mengatur naik-turun konsistensi saya sebagai homeschooler. 

Kadang, hal yang membuat semangat saya ‘turun’ sejenak adalah tanggapan orang luar ketika saya katakan bahwa saya mempraktekkan homeschooling ke anak. 80% dari mereka merespon tidak positif meskipun mereka menutupinya. Dan di satu titik, saya bisa mengerti kenapa mereka merespon demikian. 

Di dunia dimana hampir semua kompetensi diukur dari bonafid-nya sekolah dan selembar kertas yang menyatakan bahwa anak kita memiliki tingkat kepintaran tertentu, memilih jalur homeschooling tampak begitu aneh dan membingungkan karena ‘apa tujuannya’? Mungkin juga akan dianggap ‘tidak mungkin’ bagi orangtua yang sibuk bekerja. 

Bukannya praktisi homeschooler tak punya kekhawatiran yang sama, hanya pertimbangan mereka lebih baik anaknya mengenyam HS. Dan sesungguhnya banyak orang tidak bisa menghormati pilihan ini maupun memahami. 

Nah, untuk praktisi homeschooler baru, biasakanlah dengan respon tidak mengenakkan ini dan yakinkan bahwa tidak semua kebutuhan keluarga harus sama. 

Homeschooling Bukan Sekolah Formal Di Rumah

Lagi-lagi karena terbiasa sekolah formal, biasanya kita sebagai orangtua masih menganggap pembelajaran anak di rumah adalah seperti belajar di kelas sekolah. Namun homeschooling yang saya ketahui tidak demikian. 

Homeschooling adalah belajar di rumah dengan periode waktu yang ditentukan, saat dua pihak anak dan orangtua bisa dan nyaman. Tak perlu harus tenggo pagi, tak juga harus diset di jam yang sama setiap hari. Semua diatur oleh orangtua demi kenyamanan belajar bersama. Materinya pun disesuaikan masing-masing.

Berbagai kegiatan anak belajar dari berbagai bahan

Kadang-kadang belajar bisa saja terjadi saat makan malam bersama, dimana anak bertanya hal yang ia ingin ketahui. Misalnya, “Kenapa langit berwarna biru?” 

Dulu ada masanya si kecil bertanya banyak sekali di saat.. sebelum tidur! Padahal mata saya bagai diduduki gajah dan badan sudah minta istirahat. Tapi itulah, orangtua harus bisa memfasilitasi dan terus sanggup merespon keingintahuan si kecil. Istilahnya, rumah bagai home education center untuk anak dan kitalah fasilitatornya. 

Sumber Belajar Bisa Dari Mana Saja

Sebagai homeschooler, kita harus mengerti bahwa bahan belajar bisa darimana saja. Tak mesti dari buku tingkat kelas anak. Tak harus dari modul. 

Sumber belajar bisa dari pengalaman main di taman  (misalnya mengamati serangga), perpustakaan atau buku, tempat tinggal sekitar, internet atau praktek dengan mainan sendiri. Kuncinya menurut saya adalah mengemasnya jadi seru atau melihat minat anak. 

Yang penting lihat dari tingkat kesiapan anak. Dengan tidak memberikan materi yang belum siap ia terima dan tidak juga terlalu di bawahnya. 

Penutup

Memulai homeschooling belum tentu mudah atau juga mempraktekkannya tidak semudah kelihatannya. Tapi kita selalu bisa memulai dan belajar. Kuncinya mau dan semangat. Semangat demi anak kita dan kehidupannya di masa depan. Bismillah.

Yuk baca juga blog homeschooling ini untuk tahu lebih banyak informasi mengenai homeschooling. Tak salah untuk membaca dan memperluas wawasan homeschooling terus. 

Semoga bermanfaat. Adakah komentar mengenai tulisan ini? Terima kasih sudah membaca. 

Leave a Reply